“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl : 97)
Saudaraku Kaum Muslimin Rohimakumullah, puasa adalah adalah wujud dari keimanan kepada Allah SWT, dalam Q.S Al-Baqoroh 183 Allah mengawali perintah puasa dengan panggilan kepada orang yang beriman.
Dalam Ayat al-Qur’an pada surat An-Nahl diatas sikap Iman disandingkan dengan amal shalih untuk menyatakan anugerah Allah kepadanya. Iman adalah komitmen hati, lisan dan sikap kita agar diperuntukan hanya kepada Allah SWT semata.
Sedangkan Amal Shaleh merupakan gerak tindak perilaku yang mencerminkan keseluruhan keyakinan total kepada Allah SWT tersebut. Ibadah puasa sesungguhnya akan melahirkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan individu dan kesalehan sosial atau dengan bahasa lain hablumminallah dan hablumminannas.
Dalam salah satu khutbah Rasulullah SAW menyambut bulan Ramadhan Beliau berkata :
“Wahai manusia, barangsiapa di antara kalian memberi makanan untuk berbuka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilai-nya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampun atas dosa-dosa yang lalu,” (sahabat-sahabat bertanya), “Ya Rasulullah, tidak lah semua kami mampu berbuat demikian ? “Rasulullah Saw meneruskan, “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air. Tuhan akan memberikan pahala yang sama kepada orang yang melakukan kebaikan yang kecil, karena tidak dapat melakukan kebaikan yang lebih besar”.
“Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini, ia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelicir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) pada bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaannya di Hari Kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya pada bula ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ketika ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan Anak Yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan silaturahmi pada bulan ini Allah akan menghubungkan ia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan pada bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya”.
Dalam Khutbah ini beliau bukan saja menganjurkan kita untuk mengisi Ramdhan dengan ibadah ritual seperti ; puasa, membaca al-Qur’an, istighfar, shalat-shalat sunnat, dan zikir-zikir lainnya. Lebih dari itu, Beliau menegaskan bahwa Ramadhan adalah bulan bulan rahmat, bulan kasih sayang.
Kesalehan Sosial sesungguhnya adalah dampak konkrit dari Ibadah Puasa. Ketika Nabi Yusuf as. Menjadi menteri logistik, yang berhasil menyelamatkan ekonomi negara dari defisit besar, ia berpuasa hampir setiap hari. Ketika orang bertanya kepadanya mengapa, ia menjawab pendek, “Aku takut kenyang dan melupakan orang yang lapar”.
Oleh karena itu, kita maknai puasa bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus, tetapi pemaknaan yang tepat dari Ibadah puasa adalah menebar rahmat dan kasih sayang Allah kepada sesama dan semesta ini. Inilah desain puasa yang melahirkan kesalehan sosial yang ditandai dengan sensitifnya perasaan kita terhadap penderitaan sesama. ***