PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Keberadaan Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) termasuk dalam kategori punah. Populasinya hingga kini tidak lebih dari 80 individu. Meski pada tahun 2015 lalu didapati adanya 7 individu anak Badak Jawa, namun hal itu belum dapat mengamankan status Badak Jawa dari ancaman kepunahan.
“Peningkatan populasi sedang dilakukan, bagaimana populasi dimonitor, diamankan, bagaimana pembinaan habitat agar kesejahteraan Badak Jawa terpenuhi. Namun keberadaan habitat cadangan bagi Badak Jawa sangat penting disiapkan. Karena jika lokasi yang saat ditempati Badak Jawa terpapar penyakit atau dilanda bencana, maka keberadaannya akan habis,” ungkap Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat kepada BantenHeadline.com.
Rahmat menjelaskan, dengan besarnya potensi itu, sehingga perlu adanya kantung-kantung habitat bagi Badak Jawa, seperti yang sukses dilakukan pada Badak Afrika dan India. Selain hal itu, pemisahan kelompok Badak Jawa juga perlu dilakukan, sebagai antisipasi terhadap kemungkinan nikah sesama golongan keluarga.
“Kalau terus hidup di TNUK, maka Badak Jawa berpotensi nikah sesama saudara, yang justru rentan akan penyakit dan cacat. Sehingga harus dipisahkan kelompoknya,” terangnya.
Tercatat, sejumlah daerah seperti Baduy, Cikeusik, Halimun Salak, Akar Sari, Cikepuh Sukabumi, bahkan Rawa Danau, sudah dilakukan kajian kelayakan. Sayangnya, daerah-daerah tersebut tidak cocok untuk dijadikan tempat perkembangbiakan hewan yang hanya hidup di Selatan Pandeglang itu.
“Tidak ada tempat yang cocok, sejauh ini sulit terpenuhi di Banten. Karena syarat habitat cadangan meliputi harus aman, memiliki ketersediaan pakan yang cukup, luas area minimal 5.000 hektar, ketersediaan sumber air, bebas dari penyakit, dan tidak ada pemukiman. Selain itu, Badak Jawa juga tidak bisa hidup di lahan yang memiliki kelerengan diatas 25 persen. Namun dari sekian banyak daerah tersebut, tidak ada yang dinyatakan cocok,” sebut Rahmat.
Rahmat melanjutkan, beberapa daerah bisa dinyatakan layak apabila Pemerintah bersedia untuk mengintervensi lahan-lahan tersebut, dengan menyiapkan pakan dan sumber airnya. Akan tetapi, hal itu diyakini sulit terpenuhi, karena akan membutuhkan dana yang besar.
“Yang mendekati itu daerah Cikepuh. Sedang dibahas. Daerah lain belum ada yang bisa ditempati, kecuali jika pemerintah mampu mengintervensi untuk menyediakan pakan dan sumber airnya. Namun itu pasti sulit, karena akan membutuhkan dana yang sangat besar,” jelas Rahmat. (Red-02).