PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Sekolah Dasar (SD) Negeri Saninten 3 di Kampung Cikupa, Desa Saninten, Kecamatan Kaduhejo diseruduk sebuab tronton dengan Nomor Polisi (Nompol) B 9983 SYK yang dikendarai oleh Muhamad Rizki (25), Senin (28/8) sekitar pukul 00.15 WIB. Akibatnya, bangunan sekolah berupa pagar, ruangan guru, dan WC tidak bisa digunakan, dan kerugian ditaksir Rp30 juta.
Informasi yang dihimpun mobil tronton tersebut dalan keadaan rusak, sehingga diderek oleh kendaraan lainnya untuk dilakukan perbaikan. Tetapi, kondisi jalan yang menanjak sehingga, mobil tidak bisa dikendalikan. Diduga, rem truk tersebut tidak berfungsi, sehingga sopir tidak mampu mengendalilan kendaraannya.
Akibatnya, truk langsung menghantam sekolah dan mobil pun terbalik. Beruntung kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Sementara sopir hanya mengalami luka dan di rawat di rumah sakit.
Salah seorang warga sekitar Amad mengatakan, tidak ada yang mengetahui pasti kejadian tersebut karena kejadian berlangsung pada malam hari. Namun yang jelas, sebagian warga ada yang melihat kendaraan derek.
“Infonya tronton tersebut rusak, dan hendak diderek oleh mobil bok. Tetapi karena mungkin tidak kuat sehingga menghantam sekolah,” katanya.
Kepala desa Saninten, Abdul Rojak membenarkan telah peristiwa itu. Oleh karenanya, pihak desa memediasi antara pihak sekolah dan pemilik kendaraan agar sekolah tersebut bisa mendapatkan perbaikan kembali.
“Kami juga sudah melakukan mediasi dengan pihak sekolah dan keluarga sopir. Dan mereka sudah siap melakukan ganti rugi, dengan kembali melakukan perbaikan sarana sekolah yang rusak. Dan rencananya hari ini akan segera dikirim matrial bangunan,” katanya.
Sementara itu kepala sekolah SDN Saninten 3, Ninding Ma’mun mengatakan, akibat kerusakan tersebut menghambat aktivitas sekolahnya.
“Yang jelas kami berharap tadinya baik, kembali bisa baik. Sebab diperkirakan kerusakan tersebut, mencapai Rp30 juta. Ini kan agar aktivitas guru juga bisa kembali normal,” ucapnya.
Ma’mun mensyukuri kejadian tersebut tidak terjadi ketika dalan proses belajar mengajar (KBM). Sehingga, tidak menimbulkan korban jiwa, baik anak sekolah maupun warga sekitar.
“Kalau lagi banyak siswa mungkin ada korban jiwa, karena di depan sekolah selau dijadikan tempat bermain siswa,” ucapnya. (Red-02).