Pendidikan menjadi alat sebagai transfer amanah yang bersumber dari Allah. Ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui proses pendidikan yaitu dengan cara belajar,penelitian kemudian diwujudkan terhadap sebuah pengabdian kepada masyarakat merupakan tiga poin penting yang menjadi target dan acuan Lembaga Perguruan Tinggi dalam mewujudkan tujuannya. Ketiga poin diatas tadi harus saling bergandengan dan sinkron untuk sebuah perjuangan yang dicita-citakan, sebagian lagi ada Mahasiswa-Mahasiswi mencontoh jejak para pejuang kemerdekaan dengan keteladanannya yang penuh semangat dan kerja keras serta memberikan sebuah motivasi keberanian untuk menghadapi tanatangan zaman.
Melihat kondisi saat ini,kami membutuhkan sosok atau tokoh diantara tuan untuk mencerdaskan mahasiswa yang orientasi masa depannya sudah terlempar ke lembah kegelapan,dimana sebagian besar mahasiswa tak lagi mampu menanamkan kepercayaan dan keyakinan dalam dirinya untuk melihat dan meraih masa depan.
Hilangnya Kemauan yang sungguh-sungguh untuk mencapai kesuksesan,yang padahal pendidikan pada gilirannya nanti akan memberikan saham untuk ikut memecahkan permasalahan sosial kontemporer,pendidikan juga akan menumbuhkan konsep-konsep kemanusiaan yang baik diantara sesama manusia untuk menuju situasi saling pengertian diantara sesama manusia,pendidikan tidak berada dalam ruang hampa,pendidikan berada dalam ruang kontek artinya pendidikan adalah wahana,sarana,proses,juga sekaligus alat mentransfer amanah dari orangtua kepada anak,dari guru kepada murid,dari dosen kepada mahasiswa,dari nenek moyang kepada cucunya yang bersumber dari Allah.
Legalitas di sebuah Perguruan Tinggi yang sekarang banyak dikejar oleh sebagian besar Mahasiswa-Mahasiswi,walaupun pada kenyataannya masih banyak fakultas-fakultas yang perlu dipertanyakan prestasi akreditasi nya sebagai salah satu syarat ketika akan melamar pekerjaan, karena dengan akreditasi C mempunyai peluang yang sangat kecil sekali untuk diterima di suatu perusaahaan atau ingin menjadi pegawai Negeri, dibandingkan dengan lulusan yang terakreditasi B dan A,walaupun memang pada realitanya ada faktor lain yang harus mendukungnya,sebagai contoh harus ada 3D (Dulur,Deket,Duit).Dan memang ini menjadi persoalan yang harus diluruskan,yang tidak mengenyampingkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri yang kemudian tidak merugikan hak orang lain atau siapapun.
Sekarang yang terjadi dari sebagian mahasiswa-mahasiswi tidak berangkat dari keilmuan yaitu untuk dipelajari,dikaji dan di teliti,yang padahal pengetahuan itu nanti akan bermanfaat dimasa sekarang dan masa yang akan datang,orientasi masa depan yang tuan arahkan kepada kami menjadi salah kaprah dalam berkiprah yang kemudian masuk kedalam tong sampah dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan zaman yang menuntut untuk bersaing dan berkompetisi dengan yang lain secara sehat dan benar sesuai dengan fleksibelitas konsep keislaman.
Sering dikatakan oleh sebagian kelompok Islam yang kaku terhadap pemahamannya,dan memang benar bahwa hukum positif yang digunakan di Indonesia merupakan sebagian adopsi dari belanda yang diwariskan kepada Indonesia,dan dengan mudahnya mengatakan serta hanya membuka sebelah mata bahwa pemerintah yang sekarang disebut golongan kafir karena tidak menggunakan syari’at islam,tetapi yang lebih substansial seharusnya yang difikirkan adalah bagaimana memunculkan Sarjana-Sarjana muda yang sukses, karena dari gelar itu sendiri harus dipertanggung jawabkan melalui pengabdian masyarakat,yang pada gilirannya nanti mampu membawa bangsa Indonesia ini kearah yang dicita-citakan sesuai dengan konsep Islam itu sendiri dengan tidak kaku memahami sebuah persoalan yang ada,bukan hanya untuk dipublikasikan dan dimainkan serta diorientasikan agar dapat mengeruk kekayaan,mencari kedudukan,serta gila kehormatan,dan semua itu menghasilkan sebuah kebobrokan dan keserakahan yang sangat sulit untuk disembuhkan karena sudah menjadi budaya keseharian.
Mereka hanya memperlihatkan kemewahan,menyembunyikan kemunafikan,serta melanggar peraturan yang tidak disadari akan membawa kepada disintegrasi individu dengan individu lainnya,kelompok,masyarakat bahkan bisa terjadi disintegrasi bangsa dan Negara ini,seperti contoh yang terjadi di Aceh sekarang sebagai bentuk disorientasi terhadap pemerintah Indonesia.
Sungguh sangat mengkhawatirkan ketika TRIDHARMA hanya di sakralkan dan tak ada perwujudan yang sebenarnya. ini menjadi sebuah gambaran penting serta merupakan persoalan yang harus dipertanyakan dan perlu dicari tahu jawabannya karena kalau hanya saja para generasi dicerdaskan,para generasi ini di beri ilmu pengetahuan tanpa di latih,tanpa dikenalkan dengan dirinya,maka akan terjadi istilah teoritis kalau dalam bahasa preman bisa disebut OMDO (omong doang), atau NATO (no action talk only),atau dalam bahasa jawa di sebut IJARKONI (iso ngujar ora iso ngelakoni). Selanjutnya apabila saja pengetahuan itu ada, kemudian pelatihan itu ada, tanpa di barengi bagaimana memperkenalkan dirinya, dengan dirinya dan dengan kenal tuhannya,maka akan muncul arogan , akan mengedepankan ego, sehingga dari ego itu sendiri kadang-kadang mementingkan pribadi atau kelompok, mengesampingkan kebersamaan.
Demikian juga sebaliknya kalau seseorang tidak berilmu pengetahuan lantas pelatihannya tinggi, kemudian muncul kerinduan terhadap sesuatu tidak di barengi ilmu pengetahuan,ini akan melahirkan langkah-langkah kontradiktif, seperti satu contoh sebagai bahan analis terjadinya mala petaka,bencana,prahara yang sering kita lihat di tv, kenapa terjadi pengeboman ini dan itu, ini dari mana sumbernya? sumbernya tidak lain adalah dari kelompok yang kerinduan mistisnya tinggi,ilmu pengetahuannya tidak ada, dan sebaliknya apabila generasi ini hanya mengenal dirinya semata tanpa ilmu pengetahuan dan pelatihan,ini juga bukan hal yang mustahil akan munculnya generasi dimana generasi tadi akan menjadi generasi yang susut sebelum sesat, kenapa demikian, ilmu pengetahuan berperan, latihan sangat penting, sehingga bisa jadi seseorang bisa muncul dengan daya dan upaya mengantarkan diri pribadi dengan cara tadi.
Mengenal diri pribadi dan alamnya tanpa di barengi ilmu pengetahuan, dan kemudian jadi imam, dia diikuti oleh pengikutnya kemudian dia melahirkan kebijakanya, kebijakan yang tidak berdasar kepada ilmu pengetahuan akhirnya merugikan hal layak ,merugikan ajaran islam, satu contoh menganggap manusia najis, sehingga apabila dia shalat,pulang bekasnya itu di cuci, di elap, ini adalah kebijakan dari imam yang tadi melangkah dan upaya mistisnya tinggi, ilmu pengetahuannya kosong, apabila memperhatikan langkah perjalanan para aulia illah Wali Songo dalam waktu yang relatif bisa menyelesaikan suatu persoalan,seperti masalah sosial, menyelesaikan masalah dengan tidak menimbulkan masalah, menyelesaikan masalah dengan tidak melahirkan masalah,ini yang di ambil oleh pegadaian, ini sebenarya dari Wali Songo.
Maka kalau saja saya di tanya tentang guru, siapakah guru yang akan anda pilih, saya akan mengatakan memilih seorang guru yang berlatar belang jelas, berilmu pengetahuan, kemudian terlatih, dan taqorub kepada Allah. Semoga dunia pendidikan khususnya bangsa kita,terkhusus Lembaga Perguruan Tinggi bisa melahirkan generasi yang beraktifitas di masyarakat secara orsinal, tidak tentatif, tidak coba-coba, melainkan lahir dari tradisi yang di koordinasi dengan kualitas perkembangan zaman,dan dengan ini perubahan sosial akan bergerak maju kearah yang lebih bagus, kegelinciran akan bisa diatasi, lompatan penyimpangan yang jauh didalam hidup di jamin tidak akan terjadi.
Semoga petikan tadi menjadi awal kebangkitan untuk memunculkan generasi selanjutnya bagaimana dengan langkah,daya dan upaya serta do’a kita bersama memajukan dunia pendidikan.
Penulis, Dede Kurniawan
Mahasiswa Pasca Sarjana Untirta