PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Kualitas buah manggis asal Kabupaten Pandeglang dikabarkan menurun. Padahal tahun ini, Pandeglang ditargetkan dapat mengeskpor lebih dari 100 ton manggis ke negeri Cina.
Menurunnya kualitas buah manggis asal Pandeglang ini, dikeluhkan oleh Sekretaris Dinas Pertanian Pandeglang, Nasir.
Dia menyebut, kondisi itu disebabkan oleh kemarau panjang yang melanda Pandeglang pada tahun lalu.
“Kalau kita lihat di lapangan, kondisi produksi juga memang sepertinya ada gangguan karena begitu panjang musim kemarau kemarin. Pengaruhnya dari sisi kualitas, besarannya dan paling banyak getah bening yang keras di dalam padahal luarnya mulus,” ujar Nasir, Senin (10/2).
Dia mengungkapkan, akibat kondisi itu, target ekspor buah manggis asal Pandeglang ke negeri Cina pun terancam meleset. Semula Pemkab menargetkan jumlah ekspor buah yang kaya antioksidan itu sebanyak 100 ton lebih. Jumlah itu lebih besar dari total produksi ekspor tahun 2019 yang cuma diangka 30 ton.
“Yang kami khawatirkan produksi kita tidak memadai. Harapannya sih di atas 100 ton. Tapi kan kalau pun ada setengahnya tidak masalah. Informasi yang kami dapat, itu sepertinya kalau ditingkatkan agak sulit. Mungkin dengan bertahan saja Alhamdulillah,” terangnya.
Selain memengaruhi kualitas buah manggis, kemarau juga menyebabkan jadwal panen ngaret. Biasanya panen buah manggis disejumlah daerah berlangsung pada bulan Januari. Akan tetapi kini diprediksi, panen manggis dari Kecamatan Bojong, Carita, dab Cisata, baru bisa dilakukan pada akhir bulan Februari.
“Biasanya puncaknya Januari, tapi sekarang bergeser ke Februari. Di Februari pun sepertinya kualitas dari manggis tidak terlalu baik karena dampak dari kekeringan panjang,” keluhnya.
Kondisi itu dibenarkan oleh seorang petani manggis asal Kecamatan Bojong, Edi Suryana. Dia mengaku, akibat cuaca yang kurang baik, hanya sedikit buah manggis dianggap layak bisa dijual ke pasaran.
“Dari 1 ton, paling yang bisa dijual 1 kwintal. Akibatnya banyak pembeli yang kabur. Sementara manggis yang kurang bagus, terpaksa dijual ke pasar induk dengan harga yang jatuh. Jadi hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal,” kata Edi.
“Harga yang kurang bagus Rp5,500 per kilogram. Kalau kualitas super bisa mencapai Rp30,000 per kilo gram,” sebutnya.
Maka dari itu, dia berharap pemerintah bisa mencarikan solusi bagi manggis yang kualitasnya kurang bagus agar petani tidak merugi.
“Kalau untuk ekspor di-pending dengan alasan kurang bagus. Penyebabnya karena kemarau panjang. Sekalinya hujan hanya sebentar. Panen saat ini baru 35 persen dari total target ekspor pemerintah,” tutup Edi. (Syamsul).