PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Dampak bencana tsunami Selat Sunda yang melanda pesisir Pantai di Provinsi Banten pada akhir 2018 lalu, masih terasa hingga kini. Teranyar, hal itu memengaruhi nilai investasi di Kabupaten Pandeglang.
Jumlah investasi di Pandeglang sepanjang tahun 2019 hanya sebesar Rp618 miliar. Nilai itu turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp826 miliar.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pandeglang, Ida Novaida menjabarkan, imbas dari tsunami itu juga berpengaruh terhadap menurunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perizinan, yang cuma terealiasi sebesar Rp1,55 miliar, atau kurang 1,5 persen dari target yang ditetapkan.
“Kalau tahun 2018, PAD yang kami dapat Rp1,57 miliar dan nilai investasi mencapai Rp826 miliar,” sebut Ida usai kegiatan Coffee Morning bersama awak media, disalah satu kafe di Pandeglang, Jumat (24/1).
Adapun tahun 2020 ini, DMPTSP menaikkan target nilai investasi menjadi Rp650 miliar. Ida menjelaskan, peningkatan target itu seiring disetujuinya revisi Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Dalam waktu dekat, revisi Perda itu akan disahkan bersama legislatif.
“RTRW ini sangat ditunggu oleh investor, karena memang ada investor yang mau masuk ke Pandeglang, terkendala oleh RTRW,” ujarnya.
Ida meyakini, dengan dibukanya keran investasi melalui perubahan RTRW, dapat meningkatkan kucuran modal usaha di Pandeglang. Berbagai jenis investasi pun akan lebih mudah masuk. Apalagi selama ini, investasi besar di Pandeglang hanya berkisar diangka Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
“Investasi di kita memang masih sekitar di atas Rp500 juta, tapi belum mencapai triliunan. Maksimal Rp1 miliar. Tapi tentunya ini (Perda RTRW) akan berimbas kepada nilai investasi. Mereka akan datang dan menanamkan modal. Bukan investasi saja, tapi berimbas juga kepada perekonomian lain disekitar,” jelasnya. (Syamsul).