PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Beredarnya informasi soal adanya potensi musibah Tsunami di Kabupaten Pandeglang setinggi 57 meter, dianggap akan merugikan pelaku industri wisata.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pandeglang, Widiasmanto mengungkapkan, sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata bahari, informasi tersebut jelas merugikan. Apalagi Pandeglang tengah menggenjot industri pariwisata. Dampaknya, saat ini banyak wisatawan yang mempertanyakan kondisi di Pandeglang.
“Banten kuat dengan wisata bahari, keunggulannya disitu. Ini memang kurang menguntungkan bagi kami. Apalagi dua hari ini banyak calon tamu yang mempertanyakan kondisi di selatan Banten,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (5/4/2018).
Padahal kata Widi, kondisi Pandeglang saat ini sangat kondusif dan layak untuk dikunjungi sebagai pilihan destinasi. Meski demikian, Dia menyebut bahwa isu Tsunami yang viral dalam beberapa hari itu, belum berdampak pada angka kunjungan wisatawan. Karena maraknya isu tersebut, terjadi saat hari biasa.
Oleh sebab itu, Widi meyakinkan para calon wisatawan agar tidak ragu mengunjungi objek wisata di Pandeglang khususnya kawasan Pantai. Karena stekholder terkait sudah mengantisipasi terjadinya kebencanaan. Pengelola hotel juga telah menyiapkan jalur evakuasi khusus apabila bencana terjadi.
“Karena itu (informasi potensi tsunami – red) yang menyampaikan orang ahli, jadi kita patut waspada dan berjaga-jaga. Paling kita menyampaikan ke wisatawan bahwa saat ini kondisi masih aman dan kami sudah menyiapkan jalur-jalur evakuasi,” jelas pria yang juga menjabat sebagai GM Tanjung Lesung Resort itu.
Ketua Umum Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Banten, Ade Ervin juga mengakui bahwa informasi dari Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu merugikan pariwisata Pandeglang dan Banten. Namun ia mengingatkan kepada wisatawan bahwa kajian itu baru sebatas prediksi sehingga tidak perlu ditakuti.
“Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan bencana, justru kajian itu menuntut agar masyarakat Banten menjadi masyarakat yang tangguh. Masyarakat yang mampu memahami resiko kebencanaan karena kita hidup berdampingan dengan bencana,” katanya. (Red-02).