PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Ketua Komisi IV DPRD Pandeglang, Habibi Arafat tak dapat menyembunyikan rasa sedihnya saat meninjau sekolah Taman Kanak-kanak (TK) milik Yayasan TK dan PAUD Izzul Qur’an di Kampung Cihaseum, Desa Kupahandap, Kecamatan Cimanuk, yang ambruk pada Sabtu, (19/10).
Dahinya seketika mengernyit ketika melihat parahnya kerusakan sekolah tersebut. Habibi mempertanyakan sikap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) yang terkesan mengabaikan bangunan sekolah itu.
Baca juga: Belasan Tahun Usulan Renovasi Tak Direspons, Bangunan Sekolah Ini Akhirnya Ambruk
“Kalau sudah ambruk begini, Tinggal prihatin saja. Saya kira ini menjadi pengalaman bagi pemda,” katanya usai meninjau, Jumat (25/10).
Melihat tingkat kerusakan yang begitu parah, Habibi menekankan kepada Dindikbud, untuk menjadikan pembangunan sekolah yang berdiri tahun 2003 itu dalam skala prioritas ditahun 2020 melalui Dana Alokasi Umum (DAK).
Baca juga: Dindikbud Pandeglang Tak Punya Solusi Tangani Bangunan TK yang Ambruk
“Kalau bantuan (BOP PAUD) memang ada, tapi mungkin itu cenderung ke operasionalnya, bukan fisiknya. Tapi kalau DAK, saya kira itu bisa alokasikan. Karena Dindikbud kan banyak juga anggaran dari pusat,” terangnya.
Politisi Golkar itu mengingatkan kepada pemerintah untuk lebih cekatan dalam menyikapi kondisi sekolah yang tidak layak. Karena bukan tidak mungkin masih ada sekolah di daerah lain yang mengalami hal yang sama.
Baca juga: Sama-sama Membangun Karakter Manusia, Dewan Desak Pemda Bantu Sekolah TK Swasta yang Ambruk
Baca juga: Sekolah Ambruk Ancam Psikologi Para Siswa
“Dindikbud harus segera menginventarisir sekolah-sekolah yang berpotensi roboh. Jika ada bantuan bisa dikedepankan skala prioritas supaya bertahap,” ujarnya.
Baca juga: PMII Pandeglang Galang Dana Untuk Bangun Sekolah Ambruk
Sebelumnya, bangunan sekolah TK Izzul Qur’an ambruk sejak Sabtu pekan lalu yang diduga akibat termakan usia. Sebanyak tiga ruang kelompok belajar mengalami kerusakan parah. Akibatnya, aktivitas belajar mengajar 40 siswa harus direlokasi.
Ironisnya, sebelum kejadian itu, pihak yayasan sempat mengajukan bantuan renovasi berkali-kali, namun tidak pernah direspons pemerintah daerah. Akibatnya kini puluhan siswa itu harus belajar di gudang sekolah dan satu ruang PAUD yang masih tersisa
Namun menyikapi hal itu, Dindikbud mengaku tidak punya solusi atas persoalan itu. Soalnya, Dindikbud tidak memiliki mata anggaran untuk membantu rehabilitasi sekolah swasta. Saat ini, Dindikbud menyarankan agar pihak sekolah membangun kembali gedung tersebut dengan kemampuan yang ada. (Red-02).