PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Nasib nahas harus dialami 15 siswa SMK Negeri 3 Pandeglang jurusan Nautika Penangkap Ikan yang menjadi korban kekerasan oleh Anak Buah Kapal (ABK) saat menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) disebuah kapal nelayan. Belasan siswa tersebut dianiaya oleh ABK senior saat berlayar mencari ikan ke lautan Papua.
Kejadian itu bermula saat para siswa PKL berangkat dari Pelabuhan Perikanan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menggunakan kapal berkapasitas 200 gross tonnage (GT).
Namun selama diperjalanan, belasan siswa itu malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan karena kerap disiksa oleh ABK. Bahkan ironisnya, mereka harus mengkonsumsi makanan sisa dari orang lain.
Menurut pengakuan salah seorang korban Agung Gumelar, dia bersama 14 rekannya mendapat perlakuan fisik dari ABK. Beberapa rekannya bahkan ada yang dianiaya menggunakan tali di bagian leher sehingga mengakibatkan luka. Tidak cuma itu, oknum ABK juga pernah melempar seorang rekannya ke tengah laut saat malam hari.
“Saya dan teman teman sering mendapat tekanan dan penganiayaan fisik dari kru kapal bahkan ada yang mengalami luka, diikat pakai tali,” kata Agung, Selasa (5/11).
Tak kuat dengan perilaku para ABK, belasan siswa PKL itu kemudian melarikan diri saat kapan yang belakangan diketahui bernama Agung Berkah Samudra. Mereka kabur dari pengawasan ABK dengan alasan membeli keperluan sehari-hari.
“Saat kapal bersandar, kami beralasan akan membeli kebutuhan sehari-hari di kapal, tetapi tidak balik lagi ke kapal,” imbuhnya.
Salah seorang orang tua siswa, Asep Komarudin mengungkapkan, anaknya bernama Eli Suhari memberi kabar perihal penyiksaan tersebut saat bersandar di Pelabuhan Timika setelah dua bulan berlayar.
“Anak saya kasih infonya waktu bersandar di Timika. Selama di perjalanan, tidak pernah berkomunikasi. Tapi saya kaget mendengar informasi itu dan sempat meminta pihak sekolah untuk segera memulangkan anak saya,” jelasnya.
Asep menuturkan, setelah berhasil melarikan diri dari kapal, anaknya bersama rekan-rekannya ditampung di komunitas paguyuban pasundan selama lima hari. Saat ini anaknya sudah kembali di rumah.
“Alhamdulillah sudah sampai di rumah. Tidak ada luka serius, tapi sekarang anak saya belum sekolah lagi,” ujar Asep.
Sementara itu, Kepala SMK Negri 3 Pandeglang, Susila membenarkan insiden tragis tersebut. Akan tetapi kini semua siswa sudah kembali ke rumah masing-masing sejak Senin sore. Soalnya pasca menerima informasi belasan siswa kelas XI itu kabur, pihaknya langsung memesankan tiket pesan dari Timika menuju Bandar Soekarno Hatta Tangerang.
“Anaknya semua sudah ada di rumah masing-masing. Alhamdulilah sehat walafiat, mereka naik pesawat terbang. Kita jemput ke bandara, sampai magrib sudah ada di SMK 3, kita serah terima dengan keluarganya,” tutur Susila. (Red-02).