PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Sepuluh desa di Pandeglang dipilih menjadi lokasi Program DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) Tingkat Kabupaten Pandeglang Tahun 2017. Sepuluh desa itu tersebar di 10 kecamatan, diantaranya Kecamatan Menes, Panimbang, Cigeulis, Cibitung, Cibaliung, Carita, Sobang, dan Cikeusik. Masing-masing lokasi sanitasi, dialokasikan anggaran sebesar Rp 425 juta.
Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Pandeglang, Syarif Hidayat menyebutkan, anggaran sebesar itu berasal dari Dana Alokasi Khusus APBN Tahun 2017. Pembangunan 10 sanitasi ini, merupakan bentuk perhatian Pemerintah atas sistem sanitasi diberbagai daerah yang masih buruk.
“Masalah sanitasi kan menjadi persoalan hampir diseluruh daerah di Indonesia. Karena sanitasi di masyarakat terutama pedesaan banyak yang belum berjalan baik. Masih banyak yang BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
Maka dengan program sanitasi ini, Syarif berharap agar masyarakat mengubah cara berpikirnya terhadap pola hidup bersih dan sehat.
“(Sanitasi) Ini harus efektif dan efisien untuk menekan perilaku masyarakat terhadap sanitasi. Ini kan sesuai visi misi bupati, Rumah Sehat Keluarga Sejahtera, sehingga harus ditunjang dengan fasilitas yang baik,” terangnya.
Syarif menjelaskan, program SLBM ini megedepankan peran masyarakat. Lantaran untuk lahan pembangunan sanitasi, dilakukan di atas tanah yang dihibahkan oleh warga. Oleh karena itu, mantan Kepala DBMSDA ini berharap agar masyarakat merawat fasilitas yang dibangun.
“Fasilitas ini dibangun supaya gerakan nasional 100 persen sanitasi bisa terwujud di Pandeglang. Dengan ini, masyarakat harus menyiapkan lahan yang sudah dihibahkan, jadi keterlibatan masyarakat sangat diharapkan. Jangan sampai dibiarkan sehingga terbengkalai,” pesannya.
Tenaga Fasilitator Lapangan, Dani Zaeni menyambungkan, tahun ini kuota sanitasi yang diperoleh Pandeglang bertambah dibanding tahun lalu yang hanya mendapat untuk 5 lokasi sanitasi.
“Tahun ini kuotanya meningkat. Dan 10 lokasi yang dipilih kali ini adalah hasil asistensi yang diajukan pada tahun 2016 melalui sistem Strategi Sanitasi Kota (SSK). Jadi dasar perhitungannya harus muncul dalam SSK sehingga baru diajukan tahun lalu,” jelasnya.
Adapun indikator pemilihan lokasi, berdasarkan beberapa kriteria, yakni desa yang tergolong rawan sanitasi, kumuh, dan terdapat pelaku BABS.
“Desa yang dibangun sanitasi kali ini karena termasuk dalam pemukiman padat, banyak warga miskin, dan banyak pelaku buang ari besar sembarangan,” papar Dani. (Red-02)