PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) akan melakukan advokasi ke SMK Negeri 3 Pandeglang. Advokasi itu berkaitan dengan kasus penganiayaan yang menimpa 15 siswa saat menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) disebuah kapal nelayan.
Ketua Koordinator LDP Banten, Ahmad Subhan menuturkan, pihaknya perlu melakukan assesment terhadap pihak sekolah maupun korban. Mengingat kasus penganiayaan tersebut tidak cuma melukai secara fisik anak, namun juga secara psikologi.
Baca juga: Ya Ampun! Belasan Siswa Pandeglang Disiksa Saat PKL di Kapal Nelayan
“Karena kami khawatirkan kekerasan psikologis karena tidak terlihat. Anak-anak pasti butuh pendampingan untuk memulihkan psikologisnya,” ujarnya, Rabu (6/11).
Ahmad juga mengaku akan mempertanyakan perihal pengawasan pihak sekolah selama siswanya menjalani PKL. Sebab, kegiatan magang itu dilakukan hingga ke luar daerah.
“Kami akan menggunakan metode body mapping, untuk melihat sejauh mana anak-anak tersebut mendapat kekerasan fisik. Setelah itu akan mendekatkan secara psikologisnya. Hasil ini akan kami berikan ke psikolog pfofesional untuk melihat dampak yang dialami oleh belasan anak-anak itu,” ujarnya.
Baca juga: Belasan Siswa PKL Dianiaya, Wabup dan Dindikbud Pandeglang Beda Sikap
Oleh karena itu, selain bakal mengadvokasi, pria yang akrab disapa Aank itu juga berharap pihak sekolah bisa memberi informasi ke dinas terkait seperti Dinas Sosial setempat. Karena bukan tidak mungkin, anak-anak yang menjadi korban kekerasan membutuhkan pendampingan psikologis.
“Apalagi kami dapat info anak-anak tidak sekolah. Mungkin saja ini karena gangguan psikologis. Kami juga akan mencoba mendatangi beberapa anak untuk dilakukan assesment awal,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Sakti Peksos Pandeglang ini.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 15 siswa SMK Negeri 3 Pandeglang jurusan Nautika Penangkap Ikan mengalami nasih nahas saat mengikuti PKL disebuah kapal nelayan. Belasan siswa tersebut dianiaya oleh ABK senior saat berlayar mencari ikan ke lautan Papua.
Kejadian itu bermula saat para siswa PKL berangkat dari Pelabuhan Perikanan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sekitar dua bulan lalu menggunakan kapal berkapasitas 200 gross tonnage (GT).
Namun selama diperjalanan, belasan siswa itu malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan karena kerap disiksa oleh ABK. Bahkan ironisnya, mereka harus mengkonsumsi makanan sisa dari orang lain. (Samsul).