رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (Al-Hadits)
Saudara-ku Rohimakumullah, Bulan Ramadhan yang penuh hikmah dan berkah ini sesungguhnya adalah waktu dimana kita menyempurnakan hidup untuk Ibadah kepada Allah SWT. Yang pasti, karena Bulan ini adalah bulan yang sempurna, maka Ibadah yang dilakukannya pun harus sempurna, dengan ketulusan niat yang sempurna dan cara yang sempurna pula. Puasa Ramadhan yang dilakukan saat ini, haruslah menghantarkan diri kita yang hina ini dimata Allah menjadi pribadi yang sempurna dihadapan-Nya.
Kesempurnaan itu tidak akan pernah diraih, apabila kita tidak melaksanakan puasa secara sempurna. Puasa yang dilakukan bukan hanya menahan rasa lapar dan haus saja, tetapi seluruh anggota tubuh kita hingga hati pun harus dipuasakan. Karena dalam gambaran hadits yang tertulis di atas, bahwa terdapat orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang dilakukannya kecuali hanya lapar dan haus. Untuk menyempurnakan puasa kita, marilah memperhatikan hal-hal yang akan menjadikan puasa kita ini lebih sempurna di hadapan Allah SWT, karena memang puasa kita hari ini untuk Allah SWT, bukan untuk manusia. Syeikh Nawawi Al-Bantani, seorang ulama masyhur asal Banten memberikan arahan dan penjelasan kepada kita bagaimana kita membuat puasa kita sempurna.
Dalam kitab-nya Maroqil ‘Ubudiyah beliau mengatakan bahwa puasa yang sempurna dengan cara mencegah anggota tubuh dari perbuatan dosa yang dibenci Allah. Beliau merincinya dengan empat perkara yang harus kita perhatikan dalam melaksanakan ibadah puasa.
Pertama, menjaga pandangan dari hal-hal haram yang akan melalaikan hati ini dari zikrullah (ingat kepada Allah). Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Pandangan terlarang adalah salah satu panah beracun dari iblis yang dilaknat Allah. Maka siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt, ia pun diberi Allah iman yang ia rasakan kemanisannya di dalam hatinya.”
Hal ini perlu kita sadari teramat sangat sulit, karena setiap hari mungkin kita beraktivitas di media sosial (medsos) seperti facebook, twiter, bbm, line, whatsApp, Instagram dll yang sangat beragam dengan apa yang di posting dan dipikirkan oleh orang lain. Tetapi inilah yang menjadi ujian niat tulus kita, apakah puasa kita karena Allah atau pun bukan. Ada sebuah istilah ‘dari mata turun ke hati’, menandakan bahwa yang hati kita ini pikirkan saat berpuasa adalah berasal dari yang dilihat. Seandainya Al-Qur’an yang kita lihat setiap hari-nya, niscaya apa yang kita pikirkan akan terjaga dan terhindar dari hal-hal yang buruk dan dapat mengurangi nilai pahala puasa.
Kedua, menjaga lisan dari perkataan yang tidak berguna. Perkataan yang isinya penuh dusta, mengadu domba, sumpah palsu, menggunjing, memfitnah, dan perkataan lain yang jauh dari kebaikan dipastikan akan mengurangi pahala puasa dan kemuliaan Ramadhan. Hifdzullisan (menjaga perkataan) adalah ukuran nilai seseorang, apakah mulia apakah hina dihadapan Allah SWT. Sehingga Rasulullah meberikan panduan kepada kita ketika ada orang yang hendak mengajak kita untuk berbuat sesuatu yang mengarah kepada keburukan dan maksiat dengan menagatakan “Inni Shooimuun” yaitu saya sedang berpuasa.
Ketiga, Mencegah telinga dari mendengarkan apa-apa yang diharamkan Allah Swt. Pembicaraan yang mengandung menggunjing, adu domba, fitnah dan keburukan perlu kita jauhi agar kita tiddak terjerumus kepada keburukan. Karena kata Nabi “ Penggunjing dan pendengar sama-sama berdosa”. Dalam sebuah khabar yang diriwayatkan oleh jabir dari Anas dari Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda :
خَمْسٌ يُفْـطِرْنَ الصَّائِمَ: الْكَـذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ، وَالْيَمِيْنُ الْفاجِرَةُ .
Artinya: “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa (yaitu): berkata dusta, ghibah (bergunjing), namimah (mengadu domba), melihat dengan nafsu, dan bersumpah palsu.”
Keempat, janganlah memperbanyak makanan sehingga engkau menambah makanan selain waktu puasa. Hal yang terkadang sulit dilakukan adalah menjaga nafsu kita terhadap makanan dan minuman ketika saat berbuka puasa dan sahur.
Dalam kitab Durrotun Nashihin terdapat sebuah hadist Nabi SAW “Tidak ada sebuah wadah yang dibenci Allah daripada perut yang dipenuhi makanan halal”. Hal-hal yang halal saja tetapi akan menjauhkan hati mengingat Allah harus dijauhkan apalagi makanan haram. Karena puasa orang-orang istimewa adalah puasanya hati dari keinginan-keinginan dan fikiran-fikiran duniawi yang akan menjauhkan kepada Allah SWT.
Itulah perkara-perkara yang perlu kita perhatikan dalam menjaga nilai pahal puasa kita, agar puasa yang dilakukan hari ini hanya untuk Allah dan dibalas dengan pahala yang tak terbatas oleh-Nya. Semoga niat tulus kita untuk menjaga nilai pahala kita, menjadikan kehidupan ini selalu dalam karunia, rahmat dan keberkahan Allah SWT. ***