Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan, karena imannya kepada Allah dan karena menghendaki keridhaan Allah dengan niat yang suci, niscaya diampunilah dosa-dosa nya yang telah lalu.“ (HR. Bukhari Muslim)
Shalat tarawih, merupakan salah satu Ibadah yang penuh keutamaan dari Allah SWT. Meskipun tergolongnya adalah sunnah, tetapi Nabi beserta para sahabat tidak pernah meninggalkan hal ini. Bahkan Ath-Thahawy mengatakan, bahwasanya shalat tarawih adalah wajib kifayah, dalam arti jika tidak ada sebagian orang melaksanakannya disuatu daerah maka semua orang ditempat tersebut adalah berdosa. Sebagai suatu keharusan untuk dikerjakan, shalat tarawih ini dapat dikerjakan secara berjama’ah di mesjid maupun secara sendiri (munfarid) dirumah. Al-Imam Abu Ishak Asy-Syatiby menerangkan dalam kitabnya Al-I’tisham ; Rasulullah SAW pernah shalat di dalam mesjid dan diikuti oleh sekumpulan sahabat, menurut Abu Daud selama tujuh hari atau selama lima hari atau selama tiga hari sebelun bulan Ramadhan berakhir dan diikuti juga oleh keluarga-keluarga Nabi sendiri. Artinya, Nabi melakukannya di masjid dan juga dirumah dengan illat (alasan) bahwa Nabi kahawatir shalat tarawih secara berjama’ah di mesjid difardhukan sehingga dapat membebani umatnya, begitulah yang diterangkan Prof. Hasbi Ash-Shidiqie.
Tetapi, berbeda dari apa yang Nabi kerjakan, pada zaman Umar bin Khattab pelaksanaan shalat tarawih dilakukan secara berjama’ah di Mesjid dan Khalifah Umar bin Khattab menunjuk Ubay bin Ka’ab saat itu yang bertindak sebagai imam shalat tarawih. Sehingga mulai pada masa umar inilah pelaksanaan Ibadah Shalat Tarawih dilaksanakan secara teratur di mesjid dan tersusun secara sistematis pelaksanaannya, baik siapa yang bertindak sebagai imam, bilal, dll. Umar bin Khattab ra. hendak menjadikan shalat tarawih ini sebagai syiar kemuliaan Ibadah pada bulan Suci Ramadhan. Karena Umar bin Khattab dikenal sebagai sahabat dan khalifah setelah Nabi yang sering melakukan pengembangan atau ijtihad dalam syiar dan dakwah Islam, yang mungkin hal tersebut sebelumnya tidak dipraktekan pada masa Nabi.
Para sahabat Nabi sangat mengistimewakan shalat malam (qiyamullail) di bulan Ramadhan seperti shalat tarawih ini, karena para sahabat mengetahui akan keutamaan (fadhilah)-nyayang begitu besar. Sehingga semakin akhir Ramadhan, para Sahabat semakin merapihkan, mengisi dan berlama-lama menunaikan shalat tarawih dan qiyamullail. Tak heran jika terdapat pernyataan bahwa generasi para sahabat ini ada generasi kecemerlangan Islam dan tidak akan pernah terulang kembali model seperti ini. Hal ini karena, kemurnian dan kesungguhan para sahabat tersebut dalam menjemput kemuliaan dan keutamaan Ramadhan, diantaranya denganmenjalankan Shalat Tarawih secara sempurna.
Syeikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiyyi dalam kitab Durrotun Nashihindengan sangat rinci menjelaskan mengenai keutamaan shalat tarawih pada setiap malam di bulan Ramadhan. Dalam bagian ini, hanya akan dipaparkan keutamaan shalat tarawih dari malam pertama hingga malam ke sepuluh. Bersumber dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa dia berkata : “Nabi Saw ditanya tentang keutamaan – keutamaan Tarawih di bulan Ramadhan. Maka beliau bersabda :
Pada malam pertama, orang-orang mukmin keluar dari dosanya seperti saat ia dilahirkan ibunya.
Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah ‘Arsy : “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.”
Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan.
Pada malam kelima, Allah Ta’ala memberinya seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram,Masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberinya pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa as. Dan kemenangan atas Fir’aun dan Haman.
Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s
Pada malam kesembilan, seolah-olah ia menyembah Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi Saw.
Pada malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
Begitu besar dan berlimpah pahala serta keutamaan dari Shalat tarawih ini, sehingga termasuk golongan merugi jika kita melewatkannya begitu saja pada Bulan Suci ini, padahal bulan ini adalah sebaik-baiknya bulan. Oleh karena itu kaummuslimin rohimakumullah, marilah kita jemput kebaikan yang telah Allah sediakan tersebut, dengan menjaga niat, motivasi dan ke-khusyu’an dalam menjalankan Ibadah Shalat Tarawih.
Semoga dengan ini, Allah swt senantiasa melimpahkan kebaikan dan rahmatnya dalam kehidupan kita. Amin ***