PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang menyatakan bahwa informasi mengenai akan adanya Tsunami yang menerjang Pandeglang Selatan setinggi 57 meter, baru sebatas kajian. Untuk itu, BPBD Pandeglang mengimbau masyarakat tidak panik menyikapi hal tersebut.
“Warga tidak perlu bersikap berlebihan dalam menanggapi informasi yang viral beredar di Media Sosial itu. Karena itu kan hanya peringatan,” ungkap Kepala BPBD Pandeglang, Asep Rahmat, Rabu (4/4/2018).
Diakuinya, geografis Pandeglang tergolong rentan diterjang berbagai bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Apalagi Pandeglang dilintasi Lempeng Megatrust yakni lempengan gempa Indo Australia. Akan tetapi sebut Rahmat, tsunami baru bisa terjadi jika diawali gempa berkekuatan 7 skala ricther lebih.
“BPBD Pandeglang telah memiliki 3 alat pendeteksi tsunami berupa Tsunami Early Warning System (TEWS) yang tersebar di tiga tempat yakni di Kecamatan Sindangresmi, Panimbang dan Labuan,” bebernya.
Bupati Pandeglang, Irna Narulita menuturkan, adanya kajian tersebut justru mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Banten memang rawan bencana. Kajian itu harus dipelajari, karena ke depannya kita tidak tahu akan seperti apa,” ucap bupati.
Irna mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan mitigasi kebencanaan kepada masyarakat dengan memberi pemahaman terkait bagaimana menghadapi bencana, termasuk menyiapkan jalur evakuasi serta tempat penampungan. Termasuk, memberi pelatihan kepada relawan terkait penanganan bencana.
“Sampai saat ini belum ada alat khusus yang bisa mendeteksi gempa. Tetapi kami harus tetap memberi informasi kepada masyarakat bahwa Pandeglang masuk zona merah bencana. Maka mitigasi bencana mengenai titik kumpul, jalur atau rambu evakuasi saat bencana terjadi, dan tim sukarelawan terus kami beri pelatihan,” terang Irna.
Selain itu, Pemkab juga akan mengintensifkan koordinasi dengan BMKG dan BNPB guna memberi informasi terkini yang akurat dengan cepat. Sehingga nantinya pemerintah bisa mengambil langkah antisipasi dengan tepat.
“Saya akan berkoordinasi dengan BNPB dan BMKG guna mendapatkan informasi terkini. Tahun 2019 kami akan mengajukan usulan penambahan alat TEWS ke BMKG,” imbuh Irna.
Lebih jauh bupati menyarankan masyarakat agar tenang dan tidak menghiraukan informasi yang beredar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebih. Dan masyarakat diminta agar tetap beraktivitas seperti biasa.
“Intinya masyarakat tidak perlu panik, altivitas seperti biasa saja. Jika ada gempa, cari ruangan terbuka, kumpul dimana, evakuasi korban kemana,” pesan pemilik akun Instagram @irnadimyati itu.
Sebelumnya sempat beredar informasi mengenai akan adanya potensi tsunami setinggi 57 meter yang akan menerjang Kabupaten Pandeglang, Banten. Prediksi itu disampaikan Peneliti Tsunami pada Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, Selasa (3/4/2018).
Dilansir dari Detik.com, Widjo mengatakan Tsunami itu bisa terjadi karena di Jawa Barat tengah diprediksi adanya gempa megathrust di daerah subduksi di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Salah satu contoh dampak gempa megathrust ini adalah adanya gempa di Banten pada akhir Januari 2018 lalu. Apabila kekuatan gempa mencapai 9 SR di kedalaman laut yang dangkal, Tsunami besar akan terjadi. (Red-02).