• Home
  • Politics
  • News
  • Business
  • Culture
  • National
  • Olahraga
  • Lifestyle
  • Travel
  • Opinion
Selasa, Juni 17, 2025
Banten Headline
  • Login
  • Home
  • News
    • Ekonomi
    • Infrastruktur
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Hukrim
  • Pemerintahan
    • Banten
    • Serang
    • Cilegon
    • Pandeglang
    • Lebak
    • Tangerang Raya
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Bencana Alam
    • Sosial
  • Budaya Pariwisata
    • Pariwisata
  • Gaya Hidup
    • Event
  • Olahraga
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Ekonomi
    • Infrastruktur
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Hukrim
  • Pemerintahan
    • Banten
    • Serang
    • Cilegon
    • Pandeglang
    • Lebak
    • Tangerang Raya
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Bencana Alam
    • Sosial
  • Budaya Pariwisata
    • Pariwisata
  • Gaya Hidup
    • Event
  • Olahraga
No Result
View All Result
Banten Headline
No Result
View All Result

Musim Kemarau Meluas, BMKG: Waspada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

Musim Kemarau Meluas, BMKG: Waspada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

Ilustrasi Kebakaran Hutan. (Net)

KOTA SERANG, BantenHeadline.com – Sebelumnya Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, bahwa pengaruh musim kemarau yang berlangsung pada bulan Agustus – September hanya mencakup sebagian besar Jawa – Bali – Nusa Tenggara. Wilayah yang cukup signifikan mengalami peningkatan titik panas yaitu Kalimantan Barat (798 titik), Kalimantan Tengah (226 titik), Jambi (19 titik) dan Sumatera Selatan (13 titik).

Namun dalam siaran pers (rilis) yang diterima wartawan, Kamis (23/8/20218) BMKG menyatakan bahwa musim kemarau kali ini diprediksi akan meluas ke wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Kondisi tersebut akan mengkibatkan jumlah titik panas (hotspot-red) di wilayah Indonesia mengalami peningkatan dari sebelumnya.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, bahwa informasi titik panas tersebut dianalisis oleh BMKG berdasarkan citra Satelit Terra Aqua (LAPAN). Peningkatan jumlah titik panas ini, menurutnya diakibatkan kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mudah terbakar. Kondisi tersebut perlu diperhatikan, agar tidak diperparah dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar.

“Yang perlu diwaspadai adalah dampak paparan kabut asap jika sampai terbakar karena sangat berpotensi menganggu kesehatan,” imbuhnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menerangkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yaitu sebanyak 95.03 persen. Sedangkan sisanya 4.97 persen masih mengalami musim hujan. Adapun musim kemarau diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018.

Herizal memaparkan, pantauan BMKG terhadap deret hari tanpa hujan sebagai indikator kekeringan meteorologis awal menunjukkan, deret hari tanpa hujan (HTH) kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga ekstrim (>60 hari) umumnya terjadi sebagian besar di Jawa – Bali – Nusa Tenggara, meskipun di beberapa daerah sudah terpantau terdapat jeda hari hujan. Di sebagian Sumatera bagian Selatan, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, pengaruh meluasnya musim kemarau itu juga ditunjukkan oleh munculnya beberapa daerah yang telah mengalami HTH kategori menengah (11-20 hari) hingga panjang (21-30 hari).

“Kondisi kering itu diikuti oleh kemunculan hotspot yang memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan yang pada akhirnya menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.Jumlah hotspot di Kalimantan Barat sendiri mengalami peningkatan 17.6 persen dibandingkan pekan lalu,” tuturnya.

“Awal pekan ini, pantauan alat kualitas udara di Stasiun Klimatologi Mempawah menunjukkan konsentrasi Particulate Matter (PM10) tertinggi sebesar 356.93 µg/m3 yang artinya masuk dalam kategori berbahaya. Pengamatan jarak pandang mendatar (visibility maksimum) tercatat kurang dari 100 meter,” tambah dia.

BMKG memprediksi kondisi tersebut akan relatif berkurang dalam waktu beberapa hari kedepan. Namun demikian, lanjut Herizal, tetap diperlukan kewaspadaan dan langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak. (Rls/Red-05).

ShareTweet
Previous Post

Buntut Pencoretan Dua Bacaleg Golkar, Bawaslu Akan Gelar Sidang Ajudikasi

Next Post

Nantikan! Kota Serang Fair 2018 di Alun-alun (30 Agustus – 3 September 2018)

Related Posts

Banjr Lumpur Tambang Galian C

3 Kampung di Pulo Ampel Tergenang Banjir Lumpur Material Galian C

Juli 9, 2024
Bencana Alam

Wali Kota Terima Bantuan 300 Paket Sembako LPPM IPB Bagi Korban Banjir

Maret 9, 2022
Belasan Organisasi di Banten Dukung Pelestarian Terumbu Karang
Bencana Alam

Belasan Organisasi di Banten Dukung Pelestarian Terumbu Karang

Desember 27, 2020
Next Post
Nantikan! Kota Serang Fair 2018 di Alun-alun (30 Agustus – 3 September 2018)

Nantikan! Kota Serang Fair 2018 di Alun-alun (30 Agustus - 3 September 2018)

Alhamdulillah. Tak Ada Jemaah Haji Pandeglang yang Wafat

Alhamdulillah. Tak Ada Jemaah Haji Pandeglang yang Wafat

Nilai UN di Pandeglang Anjlok, 28 Kepala SMP Dirotasi

Nilai UN di Pandeglang Anjlok, 28 Kepala SMP Dirotasi

Banten Headline Adalah Sebuah Media Digital Yang Memberitakan Khususnya Seputar Banten

  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact

Copyright 2019 bantenheadline.com All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Politics
  • News
  • Business
  • Culture
  • National
  • Olahraga
  • Lifestyle
  • Travel
  • Opinion

Copyright 2019 bantenheadline.com All Right Reserved