Gendrang Pemilukada 2017 semakin membara saling serang dan jegal menjadi hal biasa dalam pertarungan untuk menjadi orang nomor satu. Upaya dan jalan apa apun harus ditempuh untuk mendapatkan hasrat dalam merangkuh kekuasaan. Pilkada merupakan salah satu ajang panggung bagi elit-elit negeri ini. Kegembiraan rakyat hanya hiruk pihuk saat Pilkada saja tetapi setelah selesai Pilkada kembali meratapi pahit getirnya kehidupan yang tidak berpihak ke rakyat jelata.
Tontonan dan suguhan di TV swasta nasional hanya menampilkan soal Pilkada Jakarta dan Banten dan paling sentral adalah Pilkada Jakarta. Penjegalan atas majunya Ahok untuk menjadi gubernur menjadi hot isu yang tidak ada habisnya. Masalah demi masalah bermunculan dari pembelian tanah rumah sakit sumber waras sampai dengan reklamasi. Segaduh masalah menjadi hingar bingar negeri ini. Ibaratnya negeri Indonesia ini hanya representasi dari Jakarta. Rakyat muak dengan tontonan yang tidak mendidik dan mendewasakan rakyat Indonesia.
Pilkada yang kurang dari beberapa bulan lagi menjadi prepare bagi tokoh-tokoh yang ingin maju dalam Pilkada 2017. Tidak kalah menariknya Pilkada yang ada di Banten yang dikenal dengan tahta Ratu Atut tapi sayangnya Ratu Atut kini sedang berada dibalik jeruji karena terlibat korupsi. Tetapi apu pun itu Pilkada yang tinggal menghitung hari menjadi dambaan dan hayalan setiap insan manusia yang mau menggantikan tahta Ratut yang ditinggalkannya.
Banyak sosok dan tokoh yang sudah mempromosikan diri maju untuk merangkuh kekuasaan di tanah debus Banten. Sosok yang tidak asing bahkan sangat familiar menjadi pemandangan ditempat-tempat umum untuk menyantuni fakir miskin dan anak terlantar menjadi pemandangan yang sangat menggelikan dihiruk pikuk Pilkada guna mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat.
Sosok sederhana dan bersahaja yang ditunjukkan oleh Tubagus Haerul Jaman calon wakil gubernur Banten menjadi hal biasa dan lumrah ditengah-tengah masyarakat karena menjadi kebiasaan rutin dalam melayani dan membersamai baik suka maupun duka yang selalu ditunjukkan oleh walikota Serang ini. Majunya sebagai calon wakil gubernur bukan niat semata dari dirinya pribadi melainkan inisiatif dan dukungan penuh dari masyarakat. Dia selalu menyampaikan dalam setiap pidatonya “Kekuasaan adalah sebuah amanah yang harus dijaga,rawat dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.”
Dengan dukungan yang diberikan dirinya untuk maju menjadi orang nomor dua Banten menjadi penyemangat untuk berkontribusi lebih banyak dan lebih mengena ke masyarakat baik dari program-program dan kebijkan yang akan dikeluarkan nantinya kalau terpilih menjadi wakil gubernur Banten. Tekad yang kuat serta keyakinan menjadi modal utama untuk mengemban amanah yang lebih besar.
Tidak bisa dinapikkan lagi segudang prestasi yang ditorehkan saat menajabat menjadi wali kota serang. Terpilihnya menjadi walikota dua kali menjadi bukti nyata kepemimpinan dalam mengelola tata pemerintahan serta kesejahtraan masyarakat yang dipimpinnya. Menjadi pemimpin merupakan keniscayaan untuk mendapatkan hidayah dan pentunjuk dari yang maha kuasa. Dalam masa kepemimpinan menjadi walikota dia bukan anti kritik tetapi dengan open mind dan open hand menyambut baik krtikan yang membangun dari masyarakat,berdialog dan diskusi ketika ada masalah yang pelik menjadi solusi dalam memecahkan masalah. Sifat arrogancy yang tidak dimiliki oleh sosok Tubagus Haerul Jaman menjadi daya pikat dan magnet dalam meraih simpati dan dukungan masyarakat Banten.
Tubagus Haerul Jaman merupakan adik tiri mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah meskipun begitu abuse of power tidak ada dalam jiwa dan nuraninya meskipun secara matematik dia bisa meminta kekusaan yang lebih tapi sosok sederhana ini tidak menjadikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kurang rasional dan fatal menurut dia. Sekali lagi kekuasaan itu hanya sementara saja,tetapi perjuangan pantang menyerah dalam mensejahtrakan masyarakat akan selalu terngingat bahkan akan dicatat dengan tinta emas dimata masyarakat Banten.
Pada ajang Pilkada 2017 merupakan ajang pembuktian diri serta menunjukkan keseriusan dalam membangun Banten yang lebih baik dan bermutu paska ditinggal olek kakaknya Ratu Atut. Tidak pernah kompromi atas kebijakan yang tidak pro rakyat menjadi prioritas utama dalam membawa Banten yang lebih baik. Manusia hanya bisa berihtiar dan berusaha hanya Tuhan yang maha kuasa yang menentukan hasil akhir dalam perjalanan hidup ini. Kesejahrtraan masyarakat menjadi harga mati melaui peningkatan akses pendidikan dan kesehatan murah bagi masyarakat. Dua fundamental yang menjadi pokok permaslahan ini menjadi konsen utama yang menginspirasi untuk maju dalam Pilkada ini. Semoga ihktiar ini dijadikan sebagai amal ibadah disisinya.***
*Penulis Azwar Anas, Pemuda Persatuan Umat Islam (PUI)