BantenHeadline.com – Selama satu dekade terakhir, sepak bola Eropa diwarnai dengan munculnya sejumlah generasi emas di sejumlah negara top Eropa seperti Portugal, Inggris, hingga terakhir Belgia.
Namun, para pemain-pemain yang tergabung dalam generasi emas itu sejauh ini masih belum mampu membawa negara mereka berbicara banyak di level seperti Piala Eropa.
Selama satu dekade terakhir, hanya generasi emas sepak bola Spanyol yang sukses di kancah Eropa. Itu ditunjukkan dengan keberhasilan mereka menjuarai Piala Eropa 2008 dan 2012.
Sedangkan generasi emas Portugal yang diisi Luis Figo, Rui Costa, hingga Fernando Couto atau Sergio Conceicao dari era 1994-2006, maupun generasi emas Inggris yang diperkuat Michael Owen hingga Steven Gerrard dan Frank Lampard, tak kunjung mampu membawa negara itu menjadi yang terbaik di Eropa.
Namun, generasi emas Portugal bernasib lebih baik dari Inggris. Sebab, Figo dkk mampu melaju hingga semifinal Piala Eropa 2000 dan menjadi finalis empat tahun kemudian.
Sementara itu, nasib generasi emas Inggris yang diisi banyak pemain bintang di level klub tak mampu memproduksi penampilan gemilang di level internasional.
Tersingkir di babak penyisihan grup Piala Eropa 2000 lantaran kalah saing dengan Rumania dan generasi emas Portugal, Inggris kembali dipermalukan bintang-bintang Portugal. Itu kala keduanya bertemu di perempat final Piala Eropa 2004.
Bermain imbang 2-2 selama 120 menit, Portugal akhirnya menaklukkan Inggris dengan kemenangan 6-5 dalam drama adu penalti.
Nasib, generasi bertabur talenta hebat Inggris bahkan semakin terpuruk ketika mereka gagal lolos ke Piala Eropa 2008. Itu membuat status sebagai generasi emas bak vonis kegagalan sebuah negara berprestasi di kancah internasional.
Namun, generasi emas Portugal dan Inggris bukanlah tim pertama yang gagal menunjukkan potensi maksimal mereka, setidaknya dalam hal prestasi nyata seperti trofi juara.
Sebut saja Hungaria yang mendominasi 1950-an berkat sosok Ferenc Puskas. Hanya menderita satu kekalahan selama enam tahun, tapi gagal menjuarai Piala Dunia 1954 setelah takluk 2-3 dari Jerman.
Generasi Baru Belgia
Tren bertajuk generasi emas sendiri kembali berlanjut di perhelatan Piala Eropa 2016. Khususnya Belgia, kesebelasan itu memiliki banyak talenta muda berbakat yang tampil tersebar di kompetisi sepak bola Eropa.
Memiliki materi pemain yang lengkap dari posisi penjaga gawang hingga penyerang, Belgia yang sempat menduduki peringkat pertama dunia versi FIFA itu kini menjadi salah satu kandidat kuat juara Piala Eropa.
Namun, sama seperti bintang-bintang yang bertaburan di Portugal dan Inggris, muncul pertanyaan besar dalam skuat Belgia saat ini seperti diutarakan legenda sepak bola Norwegia, Tore Andre Flo. Mampukah mereka tampil bagus sebagai sebuah tim?
Sinyal tanda bahaya bagi generasi emas Belgia juga terlihat dari ketidakmampuan mereka menjaga gawang pada tujuh laga terakhir mereka.
Terakhir, Belgia juga hanya mampu menang tipis 3-2 atas Norwegia, negara yang gagal lolos ke putaran final Piala Eropa di Perancis kali ini.
Selain itu, publik Belgia sendiri juga mempertanyakan sosok arsitek mereka, Marc Wilmots. Ia dianggap bingung memaksimalkan melimpahnya stok pemain berkualitas di Belgia saat ini.
Apalagi, Wilmots juga dipusingkan dengan absennya kapten tim, Vincent Kompany. Kondisi itu membuatnya harus mencari formula untuk mengisi lubang di lini pertahanan Belgia.
Anjloknya performa beberapa pemain bintang mereka seperti Romelu Lukaku (Everton) maupun Eden Hazard (Chelsea) pada musim kompetisi 2015/16 juga merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Wilmots. (Red-cnnindonesia)