PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pandeglang menyebut setidaknya ada 3 hal yang berkaitan erat dengan maraknya aksi radikalisme selama ini. Ketiganya yakni lemahnya ilmu, lemahnya iman, dan dan lemahnya amal.
“Lemahnya iman adalah tugas dari ulama. Jika merasa dekat dengan Allah, manusia akan merasa Allah selalu mengawasi setiap tindakan yang akan dilakukan,” kata Ketua MUI Pandeglang T.b Hamdi Ma’ani saat menghadiri Sosialisasi Paham Anti Radikalisme di Aula Divia Cita, Mapolres Pandeglang, Rabu (2/8).
Untuk itu ia menghimbau, agar masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat di muka umum, seyogyanya dilakukan dengan penuh tata krama.
“Menyampaikan aspirasi melakui aksi unjuk rasa tidak ada salahnya karena hal tersebut dilindungi oleh Undang-Undang. Tetapi dalam melakukan aksi harus berakhlatul karimah, tidak boleh mencaci maki dan berikan masukan-masukan yang terbaik,” pesannya.
Kapolres AKBP Ary Satriyan mengungkapkan, paham radikal di Pandeglang saat ini cenderung meningkat. Apalagi Pandeglang merupakan wilayah yang pernah dijadikan sebagai tempat pelatihan teroris dan beberapa pelaku teror juga pernah ditangkap.
“Pandeglang terkenal dengan julukan seribu kyai sejuta santri, masyarakatnya memegang tegus nilai Islam dalam berbangsa dan bernegara, walaupun sebagian kecil masyarakat Pandeglang terpengaruh atau tersusupi oleh paham-paham radikal. Hal ini dibuktikan dengan adanya di wilayah Kecamatan Saketi dijadikan tempat latihan militer dan tertangkapnya pelaku teroris di Cilegon yang merupakan warga Saketi dan Labuan,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, seluruh elemen masyarakat baik dari ulama dan instansi terkait diharapkan untuk bersinergi melakukan deteksi dini mencegah penyebaran paham-paham radikal. Maka dalam rangka mengantisipasi penyebaran paham radikal di Kabupaten Pandeglang, sosialisasi ini penting untuk dilakukan.
“Saya mengajak seluruh elemen masyakat untuk kerja sama melakukan pencegahan radikalisme,” imbaunya. (Red-02).