PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Dua kecamatan di Kabupaten Pandeglang masuk dalam endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) Pasalnya, kedua kecamatan yang dimaksud, memiliki jumlah penderita DBD tertinggi. Staf Pengendalian Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Pandeglang, Darmadi menyebutkan, kedua kecamatan tersebut yakni Panimbang dan Labuan.
“Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Labuan adalah daerah endemis DBD. Karena bisa dilihat didua daerah itu kondisi lingkungannya seperti apa. Di Panimbang saja hingga bulan Juli 2016, jumlah penderita DBD sudah menyentuh diangka 101 penderita dan telah menewaskan 2 warga. Sedangkan di Labuan, total penderita yang terjangkit gigitan nyamuk Aedes Aegepty itu sebanyak 38 warga dengan 1 warga dinyatakan meninggal dunia,” papar Darmadi, kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Meski dikategorikan wilayah endemis, namun Dinkes Pandeglang tidak menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wilayah yang tergolong daerah wisata itu. Padahal, syarat menetapkan KLB telah memenuhi, seperti diantaranya jumlah penderita yang meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya dan terdapat kasus korban jiwa. Dimana hingga bulan Juli, total korban meninggal dunia akibat DBD sebanyak 8 jiwa. Sedangkan jumlah penderita DBD telah mencapai 544 jiwa.
“Tapi meskipun belum dinyatakan KLB, proses penanganannya tetap sama dengan penanganan KLB. Kalau KLB harus cepat dan merata, kalau kita penanggulan hanya fokus di satu RT saja karena radiusnya seratus meter,” ujarnya.
Darmadi mengungkapkan, tingginya angka penderita DBD saat ini, disebabkan perilaku dan pola hidup masyarakat yang belum tergerak untuk menjaga lingkungan. Karena dari survei yang dilakukan oleh Dinkes terhadap 100 rumah, hanya 36 rumah yang terbebas dari jentik nyamuk.
“Oleh karena itu, kami mengingatkan kepada masyarakat agar senantiasa menjaga lingkungannya. Apalagi diprediksi, penyebaran jentik nyamuk akan semakin banyak hingga akhir tahun mendatang lantaran cuaca saat ini sedang memasuki musim penghujan. Karena jika melihat statistik penderita selama tahun 2016, paling banyak terjadi pada awal tahun yang berjumlah 225 penderita,” terangnya. (Red-02)