PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Bupati Pandeglang, Irna Narulita mempertanyakan kinerja bidan dan kader Posyandu. Pasalnya, Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI) di Kabupaten Pandeglang tercatat yang paling tinggi se Provinsi Banten.
Sejak 2 tahun lalu, tren AKI selalu meningkat. Dimana tahun 2014, AKI di Pandeglang sebanyak 47 kasus. Tahun 2015, terdata sebanyak 48. Sedangkan selama 3 bulan terakhir di tahun 2016, AKI di Pandeglang sudah mencapai 12 orang. Tak pelak, hal ini membuat Pemkab Pandeglang akan mengoreksi sistem pelayanan di fasilitas kesehatan yang ada di Pandeglang, termasuk Posyandu.
“Ini menjadi barometer, apa kegiatan di kecamatan sehingga AKI sudah mencapai 12 dan tertinggi di Banten. Apakah kitanya lengah, kitanya tidur, atau masyarakat tidak memiliki kesadaran? Kematian 12 orang ini apa terlalu muda? Ini bidannya dipertanyakan,” kata Irna geram usai menghadiri kegiatan Workshop Persalinan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, Kamis (28/04).
Bupati Pandeglang Irna Narulita menyebutkan, dari 1800 posyandu yang ada, seluruhya dianggap belum efektif. Karena berdasarkan penelitian, hanya 10 persen Ibu melahirkan yang mengunjungi Posyandu. Hal ini lah yang dituding menjadi penyebab tingginya AKI di Pandeglang.
“Fungsi dari Posyandu harus benar-benar berperan. Karena kehadiran masyarakat ke Posyandu hanya 10%. 90% lagi kemana? Apa karena kurang atau, atau simpul-simpul ibu tidak bergerak? Keberfungsian dari Posyandu belum efektif, karena selain AKI, masih ada bayi yang menderita gizi buruk berterdeteksi,” jelasnya.
Rendahnya Kesadaran Melahirkan di Faskes, Penyebab Tingginya AKI di Pandeglang
Kepala Dinas Kesehatan Pandeglang Indah Dinarsiani mengungkapkan, tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjalani proses kelahiran di fasilitas kesehatan. Karena dari 12 jiwa yang meninggal, sebagian besar dikarenakan menjalani proses kelahiran di rumah.
“Kesadaran masyarakat untuk menjalani proses kelahiran di fasilitas masih rendah. Banyak kematian terjadi karena proses kelahiran dilakukan di rumah,” kata Indah, Kamis (28/04).
Sedangkan minimnya animo ibu melahirkan yang mengunjungi Posyandu ujarnya, diperkirakan lantaran kesibukan dalam bekerja. Namun begitu, Dinkes juga mengakui jika sosialisasi yang disampaikan mengenai Posyandu masih minim, sehingga belum mampu menggerakkan ibu yang mengandung mendatangi Posyandu untuk melakukan pemeriksaan.
“Banyak hal, mungkin memang banyak ibu-ibu yang bekerja, mungkin sosialisasinya yang kurang, banyak aspek lah yang mempengaruhi itu. Namun mungkin karena kehadiran ibu hamil yang rendah, menjadi tantangan agar kader-kader posyandu dan aparat kesehatan agar menjemput bola ke rumah,” jelasnya.
Indah membeberkan, sejak AKI di Pandeglang menunjukkan grafik peningkatan tahun lalu, pihaknya bersama Pemprov Banten telah menunjuk 5 kecamatan yang menjadi fokus pembinaan menjadi kecamatan percontohan dalam menekan AKI. Kelima kecamatan itu diantaranya Kecamatan Cigeulis, Angsana, dan Sindangresmi. Indah berharap, dengan upaya yang telah dilakukan Dinkes selama ini, AKI di Pandeglang dapat ditanggulangi. Bahkan Dinkes menargetkan kematian ibu dan bayi tahun 2016, bisa turun 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Diharapkan ditriwulan kedua tidak ada kasus, bahkan pada tahun 2016, diharapkan bisa turun setengah dari total AKI tahun lalu,” harap Indah. (Red-02)