PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Perlakuan tidak menyenangkan dialami oleh seorang warga Kampung Ciekek Babakan Karaton, Kelurahan Karaton, Kecamatan Majasari, Ari Supriadi ketika berada di RSUD Berkah Pandeglang. Yang bersangkutan mengalami intimidasi, kekerasan verbal, hingga kekerasan fisik oleh seorang Komandan Regu (Danru) Sekuriti di Rumah Sakit plat merah itu, Selasa (19/9/2017).
Kejadian itu bermula saat Ari hendak memasuki ruang nifas tempat istrinya dirawat, sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, Ari membawa pamper dan counterpain guna kebutuhan operasi istrinya.
Namun ketika ingin memasuki area itu, Ari justru dihadang oleh Sekuriti dengan alasan prosedur RSUD. Padahal, Ari membawa barang-barang tersebut, sesuai permintaan dari perawat.
Mengingat kondisi istri yang sudah mendesak, Ari mencoba untuk memaksakan diri masuk ke ruang operasi. Apalagi tidak ada keluarga lain yang menemani istrinya.
“Karena istri mau dioperasi, saya diminta untuk menyerahkan barang itu ke perawat. Tetapi saya malah ditahan. Saya coba jelaskan kondisinya karena sudah mendesak. Cuma mereka bilang tunggu giliran,” tutur Ari.
Ketika berusaha menerobos hadangan petugas, di situlah Ari mendapat perlakuan kasar. Kekerasan verbal mulai dilontarkan sekuriti, hingga akhirnya Ari dipojokkan dan didorong ke tempok, dengan kondisi dada yang ditekan sambil memelintir kerah baju suami pasien.
“Saya coba masuk paksa. Tetapi saya malah mendapat perlakuan kasar. Saya didorong dan dipojokkan ke tembok sambil menyekik kerah baju saya,” sambungnya dengan mimik yang masih kesal.
Ari melanjutkan, dalam keadaan tersudut, ia sempat menanyakan nama oknum sekuriti. Namun petugas keamanan itu malah berikap arogan dengan menujukkan ID Card tepat di muka Ari. Tidak sampai di situ, Danru dengan perawakan cukup kekar itu malah menantang untuk berkelahi namun dihindari oleh Ari.
“Ada beberapa kekerasan verbal lain. Ini yang membuat saya tidak terima. Mereka sempat mengajak untuk berkelahi di luar. Tetapi saya tidak melayani. Sekarang dada saya masih sakit, akibat didorong dan ditekan oleh sekuriti,” keluhnya.
Ketika dikonfirmasi, Danru yang diketahui bernama Heri itu mengakui insiden tersebut. Namun ia berkilah jika dituduh memelintir kerah baju yang bersangkutan.
“Tapi saya tidak menarik bajunya, hanya memegang doang,” kata Heri membantah.
Heri mengaku terpaksa melakukan hal tersebut karena terpancing emosi dengan sikap suami pasien. Padahal ia telah berupaya untuk meredam ketegangan. Adu mulut yang terus terjadi, menyulut Heri untuk mengeluarkan ucapan-ucapan yang mengarah pada intimidasi.
“Awal saya terpancing emosi saat yang bersangkutan sempat nyinyir. Saya sudah bilang ikuti aturan kami. Tetapi dia memancing emosi terus, malah terkesan menantang. Dia mengeluarkan kata-kata yang membuat saya naik pitam,” jelasnya.
Heri beralasan, pelarangan masuk bagi suami pasien karena sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) RSUD. Meski dalam keadaan darurat, ia tidak bergeming dan kekeh bahwa sikapnya tersebut sebatas menjalankan tugas.
“Kalau dokter sudah masuk visit, nanti dipanggil yang bersangkutan. Padahal istrinya sudah dibawa ke ruang operasi,” terangnya.
Kasubag Umum dan Kepegawaian RSUD Berkah Pandeglang, Any Khanifah menyayangkan kejadian yang diakuinya di luar batas kewajaran. Seharusnya pihak keamanan bisa menahan diri untuk tidak terpancing emosi. Apalagi sampai melakukan kontak fisik.
“Kasus ini memang di luar SOP. Yang memancing emosi, seharusnya sih memang tidak seperti itu. Kedua belah pihak harusnya menahan diri dan saling komunikasi. Jadi memang itu di luar kewajaran,” ucap Any.
Atas insiden ini, ia meminta maaf kepada keluarga pasien. Ia pun berjanji akan menindaklanjuti kejadian tersebut dengan memberi teguran lisan.
“Akan kami beri teguran lisan kepada petugas,” tutupnya. (Red-02).