PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Kisah warga yang hidup dalam kemiskinan masih menyelimuti Kabupaten Pandeglang. Berbagai kasus seperti rumah yang tidak layak huni dan tempat tinggal yang belum teraliri arus listrik, masih banyak ditemukan didaerah yang dikenal dengan Kota Seribu Kyai Sejuta Santri itu.
Meski saat ini Pemerintah setempat sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menekan angka kemiskinan, namun hal itu nyatanya belum berdampak signifikan.
Kisah pilu itu, dialami oleh Sartinah (37) warga Kampung Kadu Apus RT 001 RW 001, Desa Babadsari, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang. Dalam beberapa tahun terakhir, ia harus rela hidup dalam sebuah rumah yang sudah hampir roboh tanpa adanya penerangan.
Semenjak ditinggalkan sang suami empat tahun lalu, Ibu empat anak ini harus banting tulang guna menghidupi keempat anaknya yang masih kecil-kecil dengan cara menjadi buruh pengrajin emping milik tetangganya.
Anak pertama Sartinah, Wulan berkisah, dulu rumah reyot milik ibunya tersebut pernah dialiri listrik meskipun harus menumpang dari listrik tetangga. Namun aliran listrik itu terpaksa harus diputuskan, lantaran tidak mampu membayar iuran listrik.
“Iya kalau malam rumah kami gelap, dulu pernah ada listrik di rumah kami itupun dapat numpang dari tetangga, karna ibu (Sartinah) tidak mampu membantu membayar tagihan perbulannya, terpaksa listriknya harus di cabut,” tutur Wulan, Jumat (26/5).
Sementara itu, Sartinah menuturkan, hingga kini bantuan dari Pemerintah yang diperolehnya hanya berupa bantuan Beras Sejahtera (Rastra). Bahkan ia mengaku jika suatu hari, ia bersama keempat anaknya terpaksa mengkonsumsi garam, lantaran tak memiliki cukup uang untuk membeli beras.
“Kalau Rasta (Beras Sejahtera) kami suka dapat, kalau yang lainnya mah belum pernah. Dulu juga pernah hanya makan garam karena kami tidak punya beras,” tutur Sartinah yang tak dapat menyembunyi rasa sedihnya.
Kondisi itu juga lanjut Sartinah, membuat anak-anaknya harus belajar dalam kegelapan karena tidak adanya listrik. Namun demikian, hal itu tidak membuat patah semangat buah hatinya. Terbukti, putri sulungnya, Wulan, mampu mengukir prestasi dengan selalu menjadi juara kelas.
“Saya kasian sama anak saya, dia belajarnya selalu gelap-gelapan. Tetapi anak pertama saya (Wulan) Selalu mendapat pringkat satu di kelasnya,” ucap Sartinah.
Dirinya berharap, Pemerintah bisa membantu keluarganya yang serba kekurangan. Termasuk masalah listrik yang selama ini menjadi beban pikiran Sartinah.
“Ya harapannya Pemerintah bisa bantu meringankan beban kami,” harapnya.
Sementara itu, Ketua RT setempat Dono, belum mengetahui soal pendataan keluarga Sartinah. Pasalnya ia mengaku baru menjabat di RT tersebut. Akan tetapi, ia memyampaikan rasa prihatin dengan Sartinah yang selama ini ia ketahui sangat Miskin itu.
“Coba nanti saya cek ke kedesaan, kalau tidak ada nanti akan saya data,” kilahnya. (Red-02).