“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (Al-Qadar : 1)
Saudaraku Kaum Muslimin Rohimakumullah, setiap pada tanggal 17 Ramadhan umat Islam memperingati sebuah kejadian yang besar dan mulia yakni adalah turunnya al-Qur’an atau disebut Nuzul al-Qur’an. Ini ditandai dengan turunnya surat al-Alaq’ ayat 1-5 dan sekaligus menjadi tanda bahwa Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi. Dalam sejarah Islam, diceritakan bahwa setelah Rasulullah SAW menerima wahyu pertama di gua hira, kemudian beliau pulang kerumah dalam keadaan menggigil.
[irp posts=”2848″ name=”Syiram Online (16) Ramadhan Bulan Al-Qur’an”]
Siti Khadijah saat itu menyelimutinya dan mendengarkan apa yang terjadi kepada suaminya. Maka Siti Khadijah membawa Rasulullah SAW kepada pamannya bernama waroqoh bin naufal yang sebagai pendeta Yahudi. Kedatangan mereka ini dengan maksud menanyakan perihal apa yang sesungguhnya yang terjadi terhadap Rasulullah Saw. Waroqoh bin Naufal menjawab bahwa yang datang kepada Rasulullah Saw adalah Jibril pembawa wahyu Allah Swt, yang datang juga dahulu kepada nabi Musa as. Inilah rangkaian ringkas yang meliputi peristiwa Nuzul al-Qur’an (turunnya al-Qur’an).
Saudaraku yang budiman, lantas apa sesungguhnya urgensi (kepentingan) kita dalam mempenringati Nuzul al-Qur’an ini selain dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Maka kita perlu kembali memahami satu demi satu rangkaian peristiwa turunnya al-Qur’an dan kita hubungkan dengan kondisi serta tantangan kehidupan saat ini.
[irp posts=”2821″ name=”Syiram Online (15) Puasa dan Komitmen Iman”]
Pertama, ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw adalah berbunyi ‘Iqra (bacalah), dapat difahami bahwa dalam merefleksikan Nuzul al-Qur’an ini kita harus mengembalikan semangat dan keharusan membaca. Ketika Jibril mengatakan ‘Iqrakepada Rasulullah, dalam riwayat diceritakan bahwa Rasul menjawab ma ana bi qoori’ (apa yang harus aku baca) karena perintah Allah Swt kepada Nabi tersebut tidak disertai objek apa yang harus dibaca. Sebagian pakar tafsir memahami bahwa yang harus dibaca oleh Nabi adalah dirinya sendiri dan alam semesta, atau yang tersirat dan tersurat. Sehingga keharusan untuk membaca diri (muhasabah) dan membaca al-Qur’an serta membaca alam semesta dan bacaan lainnya adalah semangat Nuzul al-Qur’an dengan ketentuan semuanya dilakukan atas dasar ‘bismirobbikalladzi kholaq’ yakni Ibadah kepada Allah Swt. Dalam Surat Ali Imran ayat 190 dinyatakan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat TANDA-TANDA bagi orang-orang yang berakal“.
Kedua, Nuzul al-Qur’an sesungguhnya harus diaplikasikan dalam upaya untuk belajar dan memahami secara terus menerus ilmu agama dan Kitab Suci al-Qur’an. Dalam hadist riwayat dari Abu Hurairah dinyatakan : “Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam setiap tahun sekali (pada bulan ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alayi wasallam Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau sebanyak dua kali (untuk mengokohkan dan memantapkannya)” ( HR. Bukhari).
[irp posts=”2779″ name=”Syiram Online (14) Puasa dan Keshalehan Sosial”]
Apa yang diajakarkan Rasulullah ini harusnya di praktikan oleh kita khususnya di Bulan Ramadhan ini, dengan secara terus tanpa henti untuk membaca, memahami dan mempelajari al-Qur’an. Terkadang kita harus mengakui kelemahan kita sebagai muslim saat ini. Karena bagaimana tidak, kita dapat bertahan lama untuk membaca media sosial baik twiter, facebook, instagram, whatshap, dan lain-lain. Tetapi al-Qur’an yang menjadi sumber petunjuk dan inspirasi hidup sangat jarang kita berinteraksi dengannya, alhasil hidup kita jauh dari tuntunan yang ada di dalam al-Qur’an.
Ketiga, Nuzul al-Qur’an sesungguhnya menyimpan makna bahwa al-Qur’an haruslah menjadi obat penawar dari segala penyakit kehidupan dan kemanusiaan. Dalam al-Qur’an dinyatakan “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”(QS. Al-Isra`: 82). Alhasil, al-Qur’an adalah obat kegalauan semesta, teman disaat kita susah dan pelindung disaat kita senang.
Saudaraku Rohimakumullah, marilah dalam rangka Nuzul al-Qur’an ini, kita refleksikan dengan kembali menjadikan al-Qur’an sebagai ukuran dan takaran dalam aktivitas keseharian kita, sehingga apa pun persoalannya al-Qur’an adalah jawabannya. Kesuksesan Ibadah Ramadhan kita ditentukan oleh sejauhmana kita berinteraksi dan bersahabat dengan Al-Quran. ***