Syiram Online (18) Interaksi dengan Al-Qur’an

Narasumber, Syiram Online, Ust Efi Afifi, M.Pd.I

“ Kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa “ (Al-Baqoroh : 2)

Saudaraku Kaum Muslimin Rohimakumullah, ada beberapa cara kita dalam berinteraksi dengan al-qur’an. Diantaranya dengan cara membaca, memahami dan mempelajari ilmu al-Qur’an serta mengamalkan nya. Jika kita perhatikan kehidupan para sahabat Nabi, dalam berinteraksi dengan al-Qur’an mereka menganggap bahwa al-Qur’an diturunkan kepada-Nya. Sehingga setiap ayat al-Qur’an, bagi mereka adalah teguran atau percakapan Allah SWT kepadanya. Hal ini misalnya, pada suatu hari rombongan Bani Tamim menghadap Rasulullah Saw, mereka memohon kepada nabi untuk menunjuk pemimpin buat mereka.

[irp posts=”2871″ name=”Syiram Online (17) Refleksi Nuzul Al-Qur’an”]

Sebelum Nabi memutuskan siapa, Abu Bakar berkata “Angkatlah al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai amir.” Kata Umar, “Tidak, angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” Kata Abu Bakar “Kamu hanya ingin membantah aku saja.” Aku tidak bermaksud membantahmu,” kata Umar.

Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Saat itu turunlah ayat pada Surat Al-Hujurat 1-2 “ Hai Orang-Orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu diatas suara Nabi. Janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti kamu mengeraskan suara kamu ketika bercakap dengan sesama kamu. Nanti hapuslah amal-amal kamu sedangkan kamu tidak menyadarinya”.

Setelah mendengarkan teguran itu, Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara dengan mu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara kepada nabi dengan suara yang lembut. Mereka merasakan betul bahwa ayat al-Qur’an itu berkenaan dengan mereka.

[irp posts=”2848″ name=”Syiram Online (16) Ramadhan Bulan Al-Qur’an”]

Inilah cara berinteraksinya para sahabat dengan Al-Qur’an, yang menganggap bahwa al-Qur’an itu seakan turun untuknya. Kisah lain mengenai cara berinteraksi al-qur’an seakan al-qur’an turun kepadanya, adalah dilakukan Tsabit bin Qais. Ketika mendengan ayat tersebut, ia pulang ke rumahnya dengan sedih. Ia menutup pintu rumah dan tidak henti-hentinya menangis. Beberapa hari Rasul kehilangan dia. Beliau bertanya “Apa yang terjadi pada Tsabit ?” Orang-orang berkata, “Ya Rasul Allah, kami tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia mengunci pintu rumahnya dan terus menerus menangis.” Nabi SAW memanggil Tsabit dan meminta penjelasan. “Ya Rasul Allah, “kata Tsabit, Telah turun padamu ayat Janganlah kamu menaikan suaramua di atas suara Nabi. Aku mempunyai suara yang sangat keras, aku khawatir ini akan menghapus amalan-amalan ku.  Nabi SAW berkata “ Anda tidak termaasuk ke dalam ayat ini. Anda akan hidup dalam kebaikan dan akan mati dalam kebaikan pula”.

Dari dua kisah para Sahabat Nabi tersebut, terlihat bahwa sebegitu tunduknya setiap sahabat terhadap al-Qur’an. Mereka anggap al-Qur’an diturunkan untuknya, sehingga setiap terguran atau anjuran Allah dalam al-Qur’an merupakan teguran dan perintah untuknya secara pribaadi. Wajar kiranya jika pada malam-malam teraakhir bulan ramadhan misalnya, para sahabat Nabi menangis ketika membaca ayat al-Qur’an dalam shalatnya.

Bahkan ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib terluka terkena hunusan pedang, maka beliau meminta sahabat lain untuk mencabut pedang yang terhunus ke punggungnya saat ia sedang membaca al-Qur’an dalam shalat. Ini menandakan, bahwa cara berinteraksi sahabat Nabi dengan al-Qur’an bukan hanya membaca, memahami, mempelajari serta menggamalkannya saja tetapi lebih dari itu mereka mengukur setiap aktivitas hidup dengan panduan al-Qur’an, mereka generasi terbaik Islam menjadikan al-Qur’an adalah percakapan Allah untuknya. ***

Exit mobile version