Ini Pendapat Ulama Soal Maraknya Kasus Seksual di Pandeglang

Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Pandeglang, Khozinul Asror

PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Tingginya kasus pelecehan seksual yang terjadi saat ini, termasuk di Kabupaten Pandeglang, dituding akibat kesalahan keluarga dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Alasannya, faktor keluarga merupakan hal utama dalam pembentukan karakter anak. Sedangkan saat ini, keluarga saat ini mulai tidak peduli terhadap anaknya.

“Kenapa ini terjadi? Karena diawali keluarga yang tidak peduli dengan anak sehingga mengakibatian kekerasan seksual dan lain sebagainya. Keluarga terkadang sudah tidak peduli pada anak. Padahal, kepedulian terhadap anak dimulai dari keluarga baru lingkungan. Kemudian sekolah,” kata Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Pandeglang, Khozinul Asror kepada BantenHeadline.com di Pandeglang, Rabu (18/5).

Selain itu menurut pria yang akrab disapai Ki Asror itu, faktor ekonomi dan minimnya pendidikan agama di sekolah juga turut memengaruhi hal tersebut. Pendidikan akhlak dan moral di sekolah saat ini, terkesan didiskriminasikan lantaran porsinya yang tidak setara dengan pendidikan umum.

“Jangan ada diskriminasi antara pendidikan umum dan agama. Harus menjadi satu kesatuan. Selama ini kan terkesan ada diskriminasi, pendidikan agama diabaikan. Pendidikan akhlak sudah tidak ada. Maka Pemerintah harus mengatur, karena berkewajiban untuk melindungi seluruh masyarakat,” terangnya.

Asror menjelaskan, persoalan buruknya akhlak dan etika anak saat ini sering menjadi pembahasan dikalangan pemuka agama. Hanya saja, hal itu perlu didukung dengan penguatan pendidikan agama di keluarga, lingkungan, dan sekolah. Bahkan pemerintah juga harus hadir dengan membuat aturan tersendiri tentang perlindungan anak, namun tidak bertentangan dengan Undang-undang yang telah berlaku.

“Ini masalah kompleks, tidak hanya tugas pemerintah, melainkan semua pihak. Ini merupakan godaan dari sebuah simbol Pandeglang yang mendapat julukan Kota Santri. Bisa tidak masyarakat mempertahankan simbolisasi itu? Kalau tidak bisa, harus ditempuh dengan upaya lain. Oleh karena itu, antara ulama dan umarah harus bersinergi bagaimana membangun masyarakat Pandeglang bisa lebih kuat,” jelasnya. (Red-02)

Exit mobile version