PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Kepolisian Resort Pandeglang, berhasil membekuk pelaku pembunuhan pria di Kampung Cinusa, Kecamatan Munjul pada akhir pekan lalu.
Korban bernama Herman (45) yang diketahui sebagai guru ngaji, dibantai oleh Santoni (38) yang merupakan warga satu kampung dengan korban.
Pelaku dibekuk dikediaman saudaranya, di Kecamatan Lewidamar, Kabupaten Lebak setelah sebelumnya pelaku sempat berpindah-pindah tempat persembunyian, seperti di Bekasi hingga Palima, Kota Serang.
Dari penangkapan itu terungkap bahwa motif pelaku membantai korban, lantaran sakit hati dengan sikap korban yang kerap mengatainya “Cemen”. Hal itu bermula saat korban memarahi anak pelaku yang dianggap merusak kebun milik korban.
Sejak saat itu, setiap korban bertemu pelaku selalu mengeluarkan umpatan tersebut.
Kapolres Pandeglang, AKBP Ary Satriyan menjelaskan, dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), kemudian berdasarkan keterangan saksi-saksi dan dari pengakuan tersangka, motif pembunuhan yang dilakukan itu dilatari dandam dan sakit hati tersangka terhadap korban yang sering menghina dan melecehkan.
““Untuk mempertangungjawabkan perbuatannya kami kenakan tersangka dengan Pasal 340 atau Pasal 338 KUH Pidana tentang tindak pidana pembunuhan berencana, dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara,” ujar Kapolres saat melakukan ekspose di Mapolres Pandeglang, Kamis (27/4).
Sementara menurut pengakuan pelaku, Santomi, perbuatan yang dilakukannya itu akibat tidak tahan dengan sikap korban yang selalu mengatakan “Cemen” kepada dirinya.
“Memang masalah saya dengan dia (korban-red) hanya sepele, karena saya pernah memarahi anak saya yang merusak tanaman depan rumah. Tapi dari persoalan itu dia sering ngejek saya dengan kata “Cemen”. Ya, awalnya saya selalu menghidar dan tidak menanggapinya,” kilahnya.
Santomi melanjutkan, dari ucapan korban yang terus-menerus dilotarkan kepadanya, ia merasa bahwa korban masih memiliki rasa dendam akibat perbuatan anaknya.
“Sebetulnya, saya sama sekali tidak berniat membunuh. Tapi, pada saat saya berjalan kaki pulang dari kebun karet, tiba-tiba di belakang dia mau menabrak saya dan akan mengeluarkan golok. Namun, saya spontan dan kesal langsung mengeluarkan sebilah golok dengan tebasan sangat banyak dan tidak terhitung. Itu saja yang saya ingat,” tuturnya.