Mengapa Kita Sulit Tidur di Tempat Baru?

Ilustrasi

BantenHeadline.com – Kasur yang empuk dan nyaman, kamar dengan temperatur menenangkan, dan aroma mint di sarung bantal, tapi mengapa mata tak kunjung terlelap saat tidur di hotel?

Kondisi tersebut di atas acap kali terjadi pada Anda yang sering melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau luar negeri.  Sebenarnya, apa yang terjadi?

Sebagai orang Indonesia yang tumbuh dengan ragam kisah klenik, persoalan susah tidur membuat pikiran berkembang ke asumsi-asumsi menyeramkan.

Ternyata, penjelasan susah tidur di tempat baru, sama sekali tidak ada hubungannya dengan “penghuni” lain di ruangan tersebut. Sebab, alasan ilmiahnya adalah terjadi proses adaptasi di otak sebelah kiri.

Otak bagian kiri, menurut peneliti, memang membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi di sebuah ruang tidur baru.

Masako Tamaki dan rekan peneliti di Brown University, Rhode Island, AS, adalah tim riset yang khusus mempelajari kondisi sulit tidur pada manusia.

Namun, mereka tidak pernah memakai sampel peristiwa yang terjadi di malam pertama. Pasalnya, otak sebelah kiri manusia pada malam pertama tidur di tempat baru, memang memperlihatkan gelombang yang lebih lambat.

Jadi, sampel di malam pertama yang memiliki sebutan first night effect atau efek malam pertama, tidak pernah dijadikan material eskperimen untuk menemukan solusi manusia yang sulit tidur.

Berdasarkan pengalaman dan eksperimen itu, Tamaki dan rekan peneliti pun menyimpulkan bahwa tempat baru memang membuat otak kiri beristirahat dan rileks lebih lama.

Sebab, otak kiri membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenal dan membangun refleks terhadap segala hal di sekitar Anda.

Tamaki mempelajari fenomena efek malam pertama terhadap 11 responden bertubuh sehat. Mereka memonitor pola tidur responden dalam dua kondisi.

Kondisi pertama, ketika mereka berada jauh dari rumah. Kondisi kedua, ketika mereka berada di tempat baru lebih dari seminggu.

Alhasil, otak kiri memperlihatkan gelombang yang berjalan lama, sehingga menyebabkan responden tidak tidur lelap di tempat baru tersebut.

Namun, seminggu kemudian, otak kiri menampilkan gelombang yang lebih cepat memberikan sinyal pada tubuh untuk tidur dan beristirahat. (Red/kompas.com)

Exit mobile version