HUT Pandeglang Disoal, Dianggap Tidak Mewakili Masyarakat Terdampak Tsunami

PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Perayaan HUT Pandeglang ke 145, ternyata tidak sepenuhnya disambut bahagia oleh warganya. Kekecewaan nampak dari raut wajah sejumlah kalangam, terutama pelaku wisata.

Beberapa persoalan menjadi sorotan. Tema HUT yang kali ini mengusung “Pandeglang Bangkit, Selat Sunda Aman” dianggap malah tidak mewakili seluruh masyarakat, terutama warga yang terdampak tsunami Selat Sunda Desember tahun lalu.

Tokoh Pariwisata Carita, Teja Heriyana menyayangkan agenda HUT Pandeglang Ke-145 yang diselenggarakan di pusat kota. Padahal tema yang diangkat ialah Pandeglang Bangkit, Selat Sunda Aman.

Jila mengacu pada tema, seharusnya agenda HUT dipusatkan di Carita atau daerah lain yang terdampak tsunami Selat Sunda. Sedangkan perayaan HUT kali ini, dianggap tidak ada sangkut pautnya dengan Selat Sunda.

“Kalau peringatan tahun ini tidak mengusung hal yang berkaitan dengan Selat Sunda, maka sah-sah saja dilaksanakan di pusat kota,” ujarnya, Selasa (2/4).

Teja beranggapan perayaan tersebut tidak dirasakan oleh masyarakat korban tsunami, meskipun di bawa ke wilayah terdampak. Malahan dia berpandangan, tidak output yang jelas bagi masyarakat terdampak atas perayaan tersebut.

“Ya merasakan sih pasti enggak, maupun di bawa ke Carita dan Sumur enggak ikut merasakan. Tapi dampaknya pasti ada di kemudian hari, jadi outputnya yang dicari, kalau dibilang bangkit,” ujarnya.

Bukan cuma itu, Teja juga menyinggung perihal agenda HUT yang selalu dirayakan di Alun-alun Pandeglang. Hal itu terkesan ibukota sentris, karena tidak dirasakan merata hingga kebeberapa daerah di Pandeglang.

“Kenapa musti ibukota sentri? Apapun event, walaupun tidak ada kaitan dengan tsunami, mainkanlah di kecamatan mana gitu. Jadi tidak ibukota sentris,” ucap Teja.

Ketua Komunitas Peduli Pariwisata Carita (KPPC), Frengky juga mempertanyakan kepedulian pemerintah kepada rakyat Carita, terlebih pasca bencana tsunami 22 Desember 2018 lalu.

“Seharusnya dihari ulang tahun Pandeglang ini, masyarakat Pandeglang ikut serta memeriahkan hari jadinya dengan suka cita. Ini lain, disatu sisi panggung gemerlap pesta hari jadi terpentas dengan meriahnya, namun disisi lain, khususnya kami di Carita, merasa sedih laksana anak tiri yang tidak mendapat perhatian. Padahal sebenarnya kami, masih bagian dari pesta itu,” keluhnya.

Senada dikatakan Ketua Pokdarwis Pandeglang, Hudan. Dia mengungkapkan, Pandeglang Bangkit seharusnya tidak perlu dirayakan dengan gebyar karena korban tsunami saat ini belum membutuhkan hal itu. Esensi dari Pandeglang Bangkit, Selat Sunda Aman seolah keliru dengan kondisi yang terjadi saat ini.

“Kalau euforia dimasyarakat korban tsunami terutama di daerah Ujung Kulon yang paling banyak korban. Hampir tidak ada impact apapun. Kalau untuk masyarakatnya “Pandeglang Bangkit” kurang tepat jika dirayakan dengan “gebyar” karena korban saat ini belum membutuhkan itu,” kata Hudan.

Dirinya memandang, tagline yang diusung oleh pemerintah tahun ini lebih kepada upaya untuk menarik wisatawan dan investor. Namun belum kepada pembangunan pariwisata berbasis masyarakat.

“Selat Sunda Aman lebih condong untuk menarik lagi masyarakat luar datang ke Pandeglang. Terlebih Pandeglang merupakan kabupaten yang hampir ketergantungan di pariwisata. Tapi sasaran pariwisatanya terlihat bukan “Community Based Tourism”, tetapi kepada industri pariwisata para penanam modal dan pemilik hotel,” terangnya. (Red-02).

Exit mobile version