Gara-gara Antrean, Pilkades Berujung “Ricuh”

PANDEGLANG, BantenHeadline.com – Proses Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kabupaten Pandeglang diwarnai kericuhan. Warga yang sedang menunggu giliran mencoblos, terlibat cekcok dengan warga lainnya.

Kericuhan itu dipicu oleh tingkah laku seorang pemilih yang tidak ingin ikut mengantre, lalu merangsek ke barisan pemilih yang sudah mengular. Padahal warga sudah menunggu lama.

Tidak terima dengan tingkah laku pemilih tersebut, warga kemudian meluapkan emosinya hingga keributan pun tidak terhindarkan.

Akan tetapi, kericuhan tersebut hanya bagian dari simulasi pengamanan Pilkades yang dilakukan oleh jajaran Polres Pandeglang. Simulasi yang dipusatkan di Alun-alun Pandeglang itu melibatkan puluhan anggota Polri.

Kapolres Pandeglang, AKBP Sofwan Hermanto menyampaikan, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan para anggota ketika menghadapi konflik di lapangan.

“Ini kegiatan untuk mengukur kesiapan kami dalam mengamankan Pilkades, kesiapan ini bukan hanya menyiapkan pasukan tapi melihat secara langsung apakah petugas yang disiapkan itu sudah paham tugasnya masing-masing termasuk apabila terjadi konflik,” kata Sofwan usai menggelar PAM Pilkades Kalimaya tahun 2019 dan Simulasi PAM TPS, serta ikrar Calon Kepala Desa di wilayah hukum Polres Pandeglang, Kamis (12/12).

Kapolres menjelaskan, simulasi penanganan berupa simulasi antrean, karena biasanya antusias warga mengikuti Pilkades lebih tinggi dibanding pemilihan lainnya. Dia menilai, antrean yang terlalu lama dapat mengarah pada kericuhan yang berbuntut perbuatan anarkis.

Ia menambahkan, berdasarkan informasi dari anggota Polisi di lapangan, pihaknya menemukan satu desa yang berada di zona merah dan satu desa lagi berada di zona kuning. Hanya dia enggan menyebutkan desa yang dimaksud.

“Sementara kami sudah mendapatkan informasi itu yang rawan dimana dan kami sudah menyiapkan jumlah anggota. Zona merah 1 dan zona kuning 1 sedangkan lainya zina hijau,” tutupnya. (Samsul).

Exit mobile version